Thursday, December 2, 2010

Inventaris Prasasti Majapahit

1.      Prasasti Hara-Hara
-          Berangka tahun 888 Saka atau 966 M, sayangnya prasasti ini tidak lengkap dan hanya ditemukan satu lempeng saja.
-          Dikeluarkan oleh Pu Mano
-          Tempat dikeluarkannya di daerah Hara-Hara
-          Isinya tentang keterangan pemberian tanah Sima oleh Pu Mano yang telah diwariskan kepada nenek moyangnya yang terletak di desa Hara-Hara di sebelah selatan perumahannya kepada Mpungku di Susuk Pager dan Mpungku di Nairanjana yang bernama Mpu Buddhiwala. Pemberian ini digunakan seabgai tempat mendirikan bangunan suci (kuti). Sebagai sumber pembiayaan pemeliharaan dan biaya upacara di dalam bangunan suci tersebut, ditebuslah sawah yang terletak di senelah selatannya seluas 3 tampah yang telah digadai oleh Mpungku Susuk Pager dan Mpungku di Nairanjana.


2.      Prasasti Mula Malurung
-          Berangka tahun 1177 Saka atau 1255 M. Prasasti ini tidak lengkap, lempeng II, IV dan VI sudah hilang. Sekarang disimpan di Museum Nasional, Jakarta.
-          Dikeluarkan oleh Wisnuwarddhana
-          Tempat dikeluakannya prasasti tersebut di daerah Mula Malurung
-          Didalam prassati disebutkan nama Wisnuwarddhana dengan nama Narayya Smining Rat yang menyebut pula “kakek” kaki raja yang menyandang nama Siwa yang meninggal di bangku emas yang menjadi pendiri kerajaan yang menjadi satu-satunya payung bagi seluruh pulau Jawa dan yang telah menaklukkan pulau lainnya.
3.      Prasasti Maribong
-          Disebut juga sebagai Prasasti Trawuan II angka tahunnya mula-mula dibaca 1170 Saka, kemudian pembacaannya dibetulkan oleh L.C. Damais menjadi 1186 Saka.
-          Dikeluarkan oleh raja Wisnuwarddhana di desa Maribong
-          sinya diperuntukkan  desa Maribong yang termasuk wilayah Jipang. Tetapi sayang sekali tidak diketahui mengapa daerah itu mandapat prasasti raja karena hanya satu lempengan permulaanya saja yang ditemukan kembali.
4.      Prasasti Kudadu
-          Berangka tahun 1216 Saka (11 September 1294 M)
-          Dikeluarkan oleh Kertarajasa Jayawarddhana
-          Tempat dikeluarkannya prasasti di Kudadu
-          Isinya dalam rangka mmeperingati pemberian anugerah kepada pejabat desa (rama) di Kudadu berupa penetapan desa Kudadu sebagai daerah swatantra. Dengan penetapan ini maka desa Kudadu tidak lagi merupakan tanah ansa bagi Sang Hyang Dharma di Kleme. Sebab para pejabat di Kudadu mendpat anugerah raja adalah karena mereka telah berjasa memberikan perlindungan dan bantuan bagi raja waktu beliau masih belum menjadi raja dengan nama Nararyya Sanggramawijaya.
5.      Prasasti Sukamerta (Skamerta)
-          Berangka tahun 1218 Saka (29 oktober 1296 M).
-          Dikeluarkan oleh Raja Kertarajasa Jayawarddhana
-          Tempat dikeluarkannya prasasti di daerah Sukanarta
-          Prasasti ini memperingati penetapan daerah Sukanarta kembali menjadi daerah swatantra atas permohonan Panji Patipati Pu Kapat yang hendak menirukan perbuatan ayahnya yaitu Panji Pati-Pati. Permohonan itu dikabulkan oleh raja Kertarajasa Jayawarddhana kerana Panji Pati-Pati telah memperlihatkan kesetiaan dan kebaktiannya yang luar biasa kepada raja dengan ikut mngalami duka nestapa. Disebutkan juga bahwa Wijaya menyebrangi lautan, yang dimaksud adalah kepergiannya ke Madura. ia kemudian diterima oleh Aryya Wiraraja yang kemudian mengusahakan agar Wijaya dapat diterima menyerahkan diri kepada Jayakatwang di Kadiri.  Disebutkan pula bahwa Jayawarddhana dinobatkan menjadi kummaraja dan berkedudukan di Daha.
6.      Prasasti Balawi
-          Berangka tahun 1227 Saka atau 1305 M
-          Dikeluarkan oleh Sri Maharaja Narayya Sanggramawijaya yang dijuluki “yang menjadi pelindung permata dinasti Rajasa”.
7.      Prasasti Tuhanaru
-          Berangka tahun 1245 Saka (13 Desember 1323 M)
-          Dikeluarkannya oleh Jayanagara
-          Tempat dikeluarkannya prasasti di Tanaharu
-          Berisi penetapan kembali desa Tuhanaru dan Kusambyan sebagai daerah swatantra atas permohonan Dyah Makaradhwaja. Permohonan tersebut dikabulkan oleh raja Jayanagara karena Dyah Makaradhwaja menunjukkan kesetiaan dan kebaktinnya kepada raja, mempertaruhkan jiwanya demi teguhnya kedudukan raja di atas Singgasana memerintah seluruh mandala pulau Jawa. Kerana kesetiaanya Dyah Makaradhwaja dianggap sebagai anak raja.
8.      Prasasti Wurara
-          Berangka tahun 1289 Saka atau 1365 M
-          Dikeluarkan oleh Wisnuwarddhana
-          Tempat dikeluarkannya prasasti di daerah Wurara
-          Isinya menyebutkan bahwa Wisnuwardana adalah suami Jayawarddhana. Dengan demikian mungkin Jayawarddhana ini dapat dikatakan dengan Nararyya Waning Hyun.
9.      Prasasti Prapancasacapura
-          Berangka tahun yang sama dengan masa Tribhuwanatunggadewi (1320-an M)
-          Dikeluarkan oleh Tribhuwanatunggadewi
-          Tempat dikeluarkannya di daerah Jiwana
-          Isinya menyebutkan bahwa sebelum dinobatkan menjadi raja Majapahit, Hayam Wuruk telah diangkat menjadi kummaraja dan berkedudukan di Jiwana. Sedangkan ketika Hayam Wuruk menjadi raja, putrinya yang bernama Kusumawardani pernah pula dinobatkan menjadi rajakumari dan berkedudukan di Kabalan
10.  Prasasti Wringun Pitu
-          Berangka tahun 1369 Saka (22 november 1477 M) dan ditulis pada 14 lempeng tembaga.
-          Dikeluarkan oleh Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya
-          Tempat dikeluarkan prasasti adalah di Wringin Pitu
-          Isinya berkenaan dengan pengukuhan perdikan dharma Rajasakusumaputra di Wringin Pitu yang telah ditetapkan sebelumnya oleh neneknya Sri Rajasaduhiteswari Dyah Nrttaja untuk memuliakan Sri Paduka Parmeswara sang mokta Ring Sunyalaya. Di dalam prasastinya ia disebutkan bergelar Wijayaparaakramawardhana.
11.  Prasasti Jiwu
-          Berangka tahun 1416 Saka atau 1486 M
-          Dikeluarkan oleh Ranawijaya
-          Tempat dikeluarkannya prasasti di daerah Trailokyapuri
-          Isinya sehubungan dengan pengukuhan anugerah berupa tanah-tanah di Trailokyapuri kepada seorang brahmana terkemuka, Sri Brahmaraja Ganggadara yang telah berjasa kepada raja pada waktu perang melawan Majapahit sedang naik turun. Dalam perang tersebut Ranawijaya berhasil merebut kembali kekuasaan Majapahit dari tangan Bhre Kertabhumi dan Bhre Kertabhumi gugur di Kedaton.


No comments:

Post a Comment