Monday, May 14, 2012

100 DREAMS DEE AIDA

1) bouwen van een huis in overeenstemming zijn dromen en steken hun fundamenten
2) een Business kopieerapparaat 
3) hebben een mini en zakelijke boetiekhotel + Batik moslim 
4) een Business futsal
5) een Business pulse
6) koken expert
7) experts cake
8) S2 college (if can nederlandse overzee)
9) een Business LBB
10) een Business meubilair (business verder teak dad)
11) hebben een auto sport/familie
12) een motor 
13) Hadj / Umrah
14) help broer (zuster-in-law +)
15) home verbeteringen aan Adek helpen
16) af te betalen alle schulden (moeder + man wetten)
17) eindigde kan certificaat van land zaken
18) Laat een kind care
19) hebben een zoon architechen
20) verbeteren Ik sanitaire voorzieningen in gezondheidscentra op het platteland 
21) vergemakkelijken MCK gezond in het dorp
22) Guiding Kartar GANKA met Efficient
23) stelt Moeder ontwikkelen de vaardigheden in huishoudens op het platteland (naaien, borduren, proces-afval / vuilnis) 
24) ontwikkeling home industrie (Tempe, Tape, apem, kleefrijst crispies, chips, traditionele snacks) 
25) ontwikkeling van de landbouw (verlenging en boeren rolmodel)
26) machtigen groen go in het dorp (compostvat en plaats afval geaggregeerd) 
27) Laat een kind 3-4 
28) kind te krijgen twins Boy Girl-
29) vrouwen in het bedrijfsleven onafhankelijke (geen politiek)
30) vrijwilligers voor opvoeders
31) gebouw helper Gezondheidscentrum / moederschap / Posyandu en het dorp
32) Bouw een gebied sporten (voetbal, volleybal, basketbal, badminton)
33) helpt bij het vereenvoudigen het administratieve proces
34) machtigen man massage / Sort 
35) en arme weduwe sympathiseren fakir
36) ontwikkeling en draai tpa moskee
37) het maken van de beoordeling van samenwerking en werken smart 
38) kan naaien en het ontwerpen van kleding
39) Dun en langsing
40) kan Creative Grooming 
41) kan meer modis
42) zo veel mogelijk te sparen voor de toekomst en de Old Days 
43) een slimme huis
44) hebben Read House
45) externe harde schijf koop
46) koop laptop voor jezelf
47) een motor 
48) om zaken te ontwikkelen online
49) tijd van consistente
50) houden de geest van alle tijden
51) Istiqomah Aanbidding in gebed, vasten, shodaqoh
52) hebben een boerderij 
53) met visserijbelangen 
54) hebben een plantage
55) Istiqomah sympathiseren wezen en meer

Friday, May 11, 2012

House Wife

Terenyuh hati ini mendengar sapaan lembut suamiku yang beberapa hari ini melontarkan banyak pujian untukku. Itu perkembangan yang luar biasa bagi seseorang yang tidak romantis seperti suamiku. Aku berpositif thinking atas apa yang sudah ia lakukan untukku. Aku sangat menghargai itu karena itu tentu saja merupakan satu hal yang pasti sangat sulit dilakukannya. Entahlah berapa lama ia mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkannya. 

Ada banyak hal yang berubah sejak ia bekerja. Sejauh ini, Alhamdulillah perubahannya baik. Meski aku tahu terkadang ia masih suka tempramen seperti biasanya. Aku tentu saja sebagai seorang istri yang selalu berusaha menjadi wanita terbaik kedua setelah ibunya dengan sabar mendengarkan dan tersenyum meski tak jarang itu memang menyakitkan. Aku sadar ia mungkin capek dan penat dengan kejadian dan hal-hal yang ia lalui di kantor. Jika bukan kita siapa lagi yang akan menemaninya, menerima apapun keadaannya dalam segala hal. 

Menjadi seorang wanita, istri, dan seorang ibu memang sesuatu yang luar biasa. Ku pikir sangat pantas Tuhan memuliakan kaum hawa itu. Walaupun tidak sedikit juga mereka yang kurang ajarnya tingkat Dewa. Naujubilah,, semoga kita semua dijauhkan dari semua hal mudzorot itu yah,, amiiinn :))

Kau tahu, Tuhan masih begitu sayang sama kami. Cobaan demi cobaan itu masih mendera kami. Alhamdulillah kami menjadi semakin satu dan banyak melaksanakan berbagai ibadah dan kebiasaan baik secara berjamaah. Iman kami pun insyaAllah semakin kokoh. Begitu pula dengan kesabaran kami terutama dalam menunggu 'amanah' baru kami.Banyak hikmah yang kami petik dari setiap pembelajaran yang Tuhan berikan. Semoga semakin istiqomah yah,, :))))


Tuesday, May 8, 2012

Elegi


Jika ada sebuah kesempatan, betapa aku ingin bertemu denganmu. Kau tau rindu ini membelengguku. Bahkan mungin bukan sekedar rindu, melainkan selaksa rindu yang lama terbendung.

Sejak pertemuan kita kala itu, saat terakhir sebelum ku bilang bahwa aku akan menikah. Aku berharap engkau meyakinkan hatiku bahwa kau pun siap menjadi imamku. Namun ternyata, kau tak cukup bernyali sebagai laki-laki. 

Akhir-akhir ini dadaku bergetar dan pikiranku selalu terbayang olehmu. Aku menyakini ini adalah rindu kita. Suatu rindu yang dating dari dua hati yang hanya terpisah oleh jarak dan waktu, tapi juga hati yang berpagar tinggi yang tak kan mungkin bisa dirobohkan lagi. 

Entah bagimu, masa lalu kita itu menjadi sejarah perjalanan cintamu atau tidak. Tapi bagiku, kau satu-satunya mantan kekasihku (aku hitung kau sebagai orang yang pernah menjalin hubungan cinta denganku yang masih bisa membuat jantungku bergetar karena mengingatmu. Entahlah,, 

Satu hal yang kupinta dari Tuhan tentang sebuah kesempatan itu adalah sebuah pertemuan antara kita untuk saling menyatakan pengakuan atas cinta, rindu, bahkan mungkin kecewa dan benci yang selama ini kita rasakan. Terlalu naïf, jika sampaisekarang pun kita masih belum mengakuinya. 

Akhii,,

Aku tahu mungkin engkau pun menjaga jarak denganku karena statusku yang sudah menjadi harim orang lain. Bukan kesepakatan kita tentang tetap menjalin silaturahim itu terlalu menyakitkan bagimu. Aku maklum, tapi terkadang aku juga masih begitu egois ingin bertemu denganmu. Rasanya aku begitu jahat melukaiengkau dan suamiku. Aahh,, kenapa hatiku terjebak dalam dimensi yang memilukan seperti ini Tuhan,,

Lama sejak terakhir kali kita BBMan dan bercanda waktu itu, engkau menghilang begitu saja. Aku mencoba menghubungimu melalui BBM, Facebook, Twitter, menyampaikannya lewat blog, bahkan aku sampaikan dengan khusuk dalam doaku. Duuh Gustii ampunillah hambaMu ini,, :’(

Bahkan aku tahu ketika kamu tiba-tiba muncul di chatt facebook tepat pada saat ulang tahunku itu bukanlah suatu kebetulan. Namun egoku tetap saja masih tinggi. Kau hanya mneyapaku dengan nada biasa. Basa-basi juga seperti biasa. Padahal sungguh aku ingin kau juga mengucapkannya juga untukku. Denganmu memang selalu pebuh kejutan dan sensasi. Harus serba ekstra ya,,
19.59 wita rumah nomor empat 4

Saturday, May 5, 2012

Untuk para Pendidik

Ditulis oleh: Prof. Rhenald Kasali (Guru Besar FE UI)

LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.

...Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah.

Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.

Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?”

“Dari Indonesia,” jawab saya.

Dia pun tersenyum.

BUDAYA MENGHUKUM

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.

“Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak anaknya dididik di sini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! ” Dia pun melanjutkan argumentasinya.

“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.

Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.

Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor.

Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.

Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.

Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.

Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.

***

Etika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.

Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan. Ada semacam balas dendam dan kecurigaan.

Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.

Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. “Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan.

Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.”

Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif.

Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

MELAHIRKAN KEHEBATAN

Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya.

Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas…; Kalau,…; Nanti,…; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.

Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.

Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.

Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti.

Friday, May 4, 2012

Aida B'day

(´▽`ʃƪ) ♥·♡τнänκчöü♥·♡ yaa ladies *love youu (˘⌣˘)ε˘`)
big (з´⌣`ε) Ħuuugs

"My wife is beautiful",, 18.07 wita,, Baba (˘⌣˘)ε˘`)
Mendapat kiriman pesan pesan cinta saat senja dan rintik-rintik hujan. ituuu seperti berada di taman surga yang penuh wangi kasturi dan menjelma menjadi Cleopatra,,

Ini hal terindah Æ´ÄŸ kudapatkan dari lelakiku :))
*love youu (˘⌣˘)ε˘`)
big (з´⌣`ε) Ħuuugs

Thursday, May 3, 2012

GIBS Teachers

Doakan yg terbaik saja yah :))
Foto dulu sebelum PSB 28 April 2012
Bersama Principal saat Test Masuk Siswa Baru
Prepare :D
All GIBS Teachers

Wednesday, May 2, 2012

Ketika Tuhan Menciptakan Indonesia

Suatu hari Tuhan tersenyum puas melihat sebuah planet yang baru saja diciptakanNya. Malaikat pun bertanya, “Apa yang baru saja Engkau ciptakan, Tuhan?” “Lihatlah, Aku baru saja menciptakan sebuah planet biru yang bernama Bumi,” kata Tuhan sambil menambahkan beberapa awan di atas daerah hutan hujan Amazon. Tuhan melanjutkan, “Ini akan menjadi planet yang luar biasa dari yang pernah Aku ciptakan. Di planet baru ini, segalanya akan terjadi secara seimbang”.

Lalu Tuhan menjelaskan kepada malaikat tentang Benua Eropa. Di Eropa sebelah utara, Tuhan menciptakan tanah yang penuh peluang dan menyenangkan seperti Inggris, Skotlandia dan Perancis. Tetapi di daerah itu, Tuhan juga menciptakan hawa dingin yang menusuk tulang.

Di Eropa bagian selatan, Tuhan menciptakan masyarakat yang agak miskin, seperti Spanyol dan Portugal, tetapi banyak sinar matahari dan hangat serta pemandangan eksotis di Selat Gibraltar.

Lalu malaikat menunjuk sebuah kepulauan sambil berseru, “Lalu daerah apakah itu Tuhan?” “O, itu,” kata Tuhan, “itu Indonesia. Negara yang sangat kaya dan sangat cantik di planet bumi. Ada jutaan flora dan fauna yang telah Aku ciptakan di sana. Ada jutaan ikan segar di laut yang siap panen. Banyak sinar matahari dan hujan. Penduduknya Ku ciptakan ramah tamah,suka menolong dan berkebudayaan yang beraneka warna. Mereka pekerja keras, siap hidup sederhana dan bersahaja serta mencintai seni.”

Dengan terheran-heran, malaikat pun protes, “Lho, katanya tadi setiap negara akan diciptakan dengan keseimbangan. Kok Indonesia baik-baik semua. Lalu dimana letak keseimbangannya? “

Tuhan pun menjawab dalam bahasa Inggris, “Wait, until you see the idiots I put in the government.” (tunggu sampai Saya menaruh ‘idiot-idiot′ di pemerintahannya). Dan untuk rasa terima kasih untuk Kemerdekaan Indonesia, kami pemuda-pemudi Indonesia memberikan penghargaan sebesar-besarnya kepada pejuang yang telah mengorbankan darah dan air mata mereka untuk bangsa yang tidak tahu terima kasih ini.

*Suranegara

Baba

Hari ini Baba melanjutkan interview kerja pertama setelah kemarin. Ini pengalaman kali pertama Baba kerja ke orang. Baba sebelumnya adalah pebisnis muda. Sejak kecil Baba merintisa karirnya di dunia bisnis meskipun kuliah mengambil kependidikan. Baba seorang pekerja keras dan disiplin. Biar begitu bukan berarti kesuksesan bisa datang begitu saja. Butuh perjunagan keras untuk bisa mewujudkan keberhasilan mimpi-mimpinya. Aku yang mendampinginya sekian tahun, tahu persisi bagaimana perjuangan Baba. Bahkan, sebelum akhirnya kami memutuskan untuk hijrah bersama ke Kalimantan. 

Sejak dua tahun terakhir, Baba diuji oleh Allah, Ujian kesabaran, keimanan, ketaqwaan, keihklasan, dan keuangan. Baba bangjrut mengelola bisnis kuliner di Surabaya karena izin lahan yang ternyata bermasalah dan penipuan oleh partner bisnisnya. Tentu saja, awalnya Baba syok berat kehilangan segalanya. Uang ratusan juta dan menyisakan hutang dimana-mana. Saat keterpurukan itu melanda, tak ada satu pun teman yang membantunya. Mereka hanya ada di saat senang dan menghilang saat-saat menyedihkan bagi kami datang. Baba bersabar dan sangat bersabar. Tetapi sebagai laki-laki tentu saja banyak kegalauan yang dirasakannya. Apalagi Baba menjadi kepala keluarga sekarang juga calon ayah bagi bayiku. 

Cobaan tak berhenti sampai di situ, saat keterpurukan itu masih melanda dan aku masih menunggu panggilan kerja, Allah menguji kami kembali dengan memanggil anak kami ke surga lebih awal. Harapan untuk menimang anak laki-laki kami kandas sudah. Aku berusaha tabah menghadapi semuanya. Aku berusaha tidak menangis di hadapan keluarga Baba karena saat itu kejadian berlangsung di kediaman keluarga Baba. Meski gurat kesedihan begitu dalam, aku tetap berusaha untuk tersenyum. Aku iba terhadap Baba, aku memaklumi jika terkadang ketika Baba lepas dzikir, ia merubah menjadi agak tempramen. 

Sebagai istri, aku orang kedua yang paling paham dirinya setelah ibunya. Kami berusaha membangun kehidupan baru di tanah Borneo, merelakan segala yang terjadi di tanah Jawa dan Madura. Melupakan sakit dan pahitnya dikhianati teman dan orang-orang dekat yang sudah kami percayai layaknya keluarga sendiri. Merelakan getirnya menjadi founder kehidupan rumah tangga dan pendapatan yang lebih baik untuk masa depan anak-cucu kami. Itu cita-cita besar kami sebagai salah satu bekal mereka kelak di kemudian hari setelah akhlak dan pendidikan.

Cobaan yang Allah berikan, Alhamdulillah semakin mengokohkan iman kami. Kami belajar banyak hal dan kami saling memotivasi, mendoakan, dan mengingatkan. Betapa setelah semua ini terjadi, kami belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik, tangguh, dan santun. Subhanallah,, 

Perlahan, Allah menunjukkan kuasaNya dan menjawab doa-doa yang tak henti kami lantunkan. Kami menjadi lebih istiqomah dalam sholat berjamaah, mengaji, dan puasa bersama. Juga perlahan kami mneyisihkan uang untuk berbagi rezeki kepada teman-teman kami yang kurang beruntung. Semoga berfadillah,, Amiinn :))

Beberapa bulan setelah perjanana panjang itu, Alhamdulillah saya diterima kerja. Tiga bulan berselang Baba juga mendapat panggilan kerja. Meskipun belum tentu diterima tapi kami sangat bersyukur. Aku senang sekaligus terharu melihat Baba menjadi lebih bersemngat setiap hari. Semoga ini menjadi awal yang indah dan merupakan kebangkitan kami untuk memulai hidup yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama. Kami akan merenda dan merajut kembali memperbaiki mozaik-mozaik yang telah patah dan hilang. Semoga berkah melimpah degan kehendak Allah dan kami dapat melunasi hutang-hutang kami lunas selunas-lunasnya. Semangat Baba,, Love you always :))


Batola
Medio Mei 9.39