Thursday, August 3, 2017

LESSON PLAN

LESSON PLAN

Wahyu Nurul Hidayati, S.Pd.
SMA GLOBAL ISLAMIC BOARDING SCHOOL
XI SOCIAL SCIENCE

KONDISI POLITIK DAN EKONOMI MASA DEMOKRASI LIBERAL DAN DEMOKRASI TERPIMPIN (1950-1966)

A.    
F  Menjelaskan pelaksanaan demokrasi pada awal perjuangan (1945-1950)
F  Menganalisis pelaksanaan demokrasi Liberal dan pengaruhnya bagi kondisi politik dan ekonomi (1950-1965)
F  Menganalisis pelaksanaan demokrasi Terpimpin dan pengaruhnya bagi kondisi politik dan ekonomi (1950-1965)
TUJUAN                                                   :
B.    
            Demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan di mana rakyat memegang kedaulatan tertinggi dengan sistem langsung maupun perwakilan. Sistem demokrasi kali pertama diterapkan di Yunani Kuno kemudian mnyebar ke Amerika dan mendunia pada awal abad ke-20.
1.      Pelaksanaan demokrasi masa perjuangan (1945-1950)
      Masa awal kemerdekaan, negara belum mampu mengatur sistem pemerintahan dengan sempurna. Namun demikian, untuk memenuhi kelengkapan negara dan sesuai dengan sistem pemerintah berdasarkan UUD 1945, dibentuklah kabinet pertama dinamakan kabinet Presidensil/ pada masa ini masih Nampak sentralisasi kekuasaan sehingga dikeluarkan beberapa maklumat untuk membatasinya.
      Kabinet pertama tidak berlangsung lama dan digantikan oleh Kabinet Republik Indonesia kedua pimpinan Sutan Sjahrir sebagai perdana menteri. Menjelang akhir 1945, keamanan ibukota Jakarta semakin buruk akibat aksi terror tentara Belanda, sehingga presiden dan wakil presiden memutuskan untuk memindah pusat pemerintahan ke Yogyakarta. Sekalipun demikian, Sjahrir masih tetap di Jakarta untuk mempermudah hubungan dengan dunia internasional.
      Politik perundingan RI tidak mendapat dukungan semua pihak sehingga Sjahrir mengembalikan mandatnya kepada presiden dan dibentuklah Kabinet Repulik Indonesia III atau Kabinet Sjahrir II. Selanjutnya dibentuk cabinet keempat yaitu Kabinet Sjahrir III dan berakhir dengan Maklumat No 6/1947.
      Kabinet kelimadan keenam  dibentuk dengan Amir Syarifuddin sebagai perdana menteri. Kabinet ini dinyatakan demisioner karena mundurnya menteri-menteri dari Masyumi. Kemudian dibentuk kembali cabinet yang ketujuh dengan Moh. Hatta sebagai perdana menteri dalam situai negara masih mencekam. Ketika Yogyakarta diserbu, dan para pimpinan diculik dibentuklah PDRI di Bukit Tinggi oleh instruksi Presiden dan Syafrudin Prawiranegara sebagai pimpinannya. Setelah berakhir, dibentuk kabinet kedelapan dengan Moh. Hatta sebagai perdana menteri.
      Kabinet kesembilan dipimpin oleh Mr. Susanto Tirtiprodjo yaitu Kabinet RIS yang merupakan masa transisi pemerintahann dari RI ke RIS. Terakhir, kabinet dr. A. Halim ketika Indonesia masih bagian dari RIS dan kembali ke pangkuan RI pada 1950. 
PENGEMBANGAN MATERI                 :
2.    Indonesia masa Demokrasi Liberal
      a. Kondisi Politik masa Demokrasi Liberal
      Setelah berakhirnya pemerintah RIS, pemerintah RI masih melanjutkan model demokrasi parlementer yang liberal. Kabinet dipimpin perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen. Presiden hanya berkedudukan sebagai kepala negara. Sistem ini telah mendorong lahirnya partai politik karena keanggotaan di parlemen mengandung sistem multipartai. Partai inilah yang menjalankan pemerintahan pemerintahan kekuasaan di dalam parlemen. PNI dan Masyumi menjadi partai terkuat dalam waktu lima tahun. Terdapat tujuh kabinet yang jatuh bangun pada masa ini karena mosi tidak percaya dari partai lawan. Berikut nama tujuh kabinet masa Demokrasi Liberal: Kabinet Natsir, Sukiman, Wilopo, Ali Sastroamidjoyo I, Burhanuddin harahap, Ali Sastro Amidjojo II, dan Djuanda.
      b. Kondisi Ekonomi masa Demokrasi Liberal
      ketidakstabilan politik akibat jatuh bangunnya cabinet berdampak pada ketidakberlanjutannya program sehingga pemerintah harus lebih banyak mengeluarkan anggaran untuk mengatasi biaya operasional pertahanan dan keamanan negara. Setelah pengakuan kedaulatan Belanda, bangsa Indonesia harus menanggung beban ekonomi dan keuangan yang sukup besar sesuai hasil KMB. Beberapa kebijakan akhirnya dikeluarkan untuk mengatasi situasi ini, seperti: Gerakan Benteng dan program ekonomi Ali-Baba.
3.   Indonesia masa Demokrasi Terpimpin
      a. Kondisi Politik masa Demokrasi Terpimpin
      Ada tiga hal pokok yang kemudian melatarbelakangi keputusan Presiden Sukarno untuk memberlakukan Demokrasi Terpimpin di Indonesia, yaitu: kegagalan dewan konstituante dalam menyususn UUD baru, banyak terjadi gerakan separatis di berbagai daerah masa dan sering terjadi pergantian kabinet pada masa Demokrasi Liberal. Politik masa Demokrasi terpimpin terpusat pada Presiden Sukarno dengan TNI-AD dan PKI sebagai pendukung utamanya,
      b. Kondisi Ekonomi masa Demokrasi Terpimpin
Sistem ekonomi masa Demokrasi Terpimpin mengarah pada sistem perekonomian etatisme yaitu seluruh kegiatan ekonomi diatur dan dikendalikan pemerintah sehingga mengabaikan prinsip-prinsip dasar ekonomi. Akibatnya terjadi deficit keuangan negara yang meningkat tajam dari tahun ke tahun. Beberapa kebijakan ekonomi dikeluarkan untuk mnegatasi situasi ini, antara lain dengan membentuk Dewan Ekonomi (Dekon) yang bertugas menciptakan perekonomian yang bersifat nasional, demokratis, dan terbebas dari imperilisme dan kolonialisme dan melakukan devaluasi yaitu kebijkana untuk menaikkan inflasi.


C.    
Siswa sudah mengerti konsep tentang demokrasi sebelumnya, sehingga guru mempertajam pemahaman demokrasi dikaitkan dengan masa Orde Lama.
F  Menjelaskan pelaksanaan demokrasi pada awal perjuangan (1945-1950) (CC2)
F  Menganalisis pelaksanaan demokrasi Liberal dan pengaruhnya bagi kondisi politik dan ekonomi (1950-1965) (CC4)
F  Menganalisis pelaksanaan demokrasi Terpimpin dan pengaruhnya bagi kondisi politik dan ekonomi (1950-1965) (CC4)
PEMETAAN PEMBELAJARAN            :
D.     AKTIVITAS                                                         :
START
1.   Guru menunjukkan gambar kabinet Natsir
2.   Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi gambar dengan 3 jenis pertanyaan:
a.   Siapakah dia? (factual)  LA
b.   Apa saja program yang dibuatnya? (konvergen)  MA
c.   Mengapa kabinet Natsir jatuh? HA

MIDDLE
1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang berdasarkan minat belajar
2.   Guru meminta siswa untuk mencari informasi terkait pergantian kabinet masa Demokrasi Liberal di internet dan buku paket sejarah
3.   Guru meminta siswa untuk membuat tabel klasifikasi pergantian kabinet masa Demokrasi Liberal
NO.
NAMA KABINET
PROGRAM
JATUHNYA








4.   Setelah berdiskusi, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil temuannya di depan kelas.
HA:
Guru meminta siswa untuk menganalisis lebih detail tentang korelasi antar setiap pergantian kabinet masa Demokrasi Liberal
Guru: “Jika sudah selesai, sila jawab pertanyaan berikut!”
                     “Mengapa pergantian kabinet masa Demokrasi Liberal hanya seumur jagung?” (analitikal)
MA:
1.      Guru meminta siswa untuk berdiskusi untuk menemukan informasi tentang penyebab jatuhnya masing-masing cabinet.
LA:
Guru meminta siswa untuk menyebutkan secara urut pergantian kabinet masa Demokrasi Liberal

END
?  Guru membimbing siswa untuk membuat simpulan dari hasil kegiatan pembelajaran tentang pergantian kabinet masa Demokrasi Liberal (refleksi) dengan  bertanya pada sebagian siswa untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi (umpan-balik/quis)
?  Guru meminta siswa menuliskan apa yang telah dipelajari berdasarkan gaya belajar masing-masing di buku tulis sejarah
ANTISIPASI DAN MITIGASI
|  Antisipasi
Siswa yang belum paham akan dibantu dengan slide dari guru
|  Mitigasi
Jika dalam pelaksanaan kurang efektif dalam kelompok secara tingkat pemahaman siswa, maka akan diminta berpasangan dengan melihat tingkat kemampuan siswa dalam belajar
ASSESMENT
 Asesmen dilakukan menggunakan rubrik penilaian selama proses pembelajaran berlangsung. Di buku tulis, siswa diminta menulis atau mencatat serta menjawab pertanyaan di awal pembeljaran.
TEACHING AID
Tabel kabinet, PPT
CRARACTER BUILDING
Rasa ingin tahu, gemar membaca, cinta tanah air, toleransi.


Monday, May 1, 2017

Tulip


Thursday, February 2, 2017

Review Seminar Prof. Didi Supardi

Pembelajaran dengan Penelitian Desain Didaktik /
Didactical Design Research (DDR)

            Proses berpikir guru dalam konteks pembelajaran terjadi dalam tiga fase, yaitu sebelum pembelajaran (reflection for action), pada saat pembelajaran berlangsung (reflection in action), dan setelah pembelajaran (reflection of action).[1] Proses berpikir sebelum pembelajaran, fokus pada pengembangan desain didaktis yang merupakan suatu rangkaian situasi didaktis (learning situation). Proses ini terdiri dari rekontekstualisasi[2], repersonalisasi,[3] dan prediksi respon atau biasa disebut dengan Prospetic Analysis. Proses berpikir pada saat pembelajaran merupakan analisis metapedagogik yaitu analisis terhadap rangkaian situasi didaktis yang berkembang di kelas, analisis situasi belajar sebagai respon siswa atas situasi didaktis yang dikembangkan, serta analisis interaksi yang berdampak terhadap terjadinya perubahan situasi didaktis maupn belajar. Refleksi yang dilakukan setelah pembelajaran menggambarkan pikiran guru tentang apa yang terjadi pada proses pembelajaran serta kaitannya dengan apa yang dipikirkan sebelum pembelajaran terjadi. Proses ini biasa disebut dengan Retrospective Analysis. Rangkaian ketiga fase berpikir guru tersebut diformulasikan dalam Penelitian Desain Didaktis atau Didactical Design Research (DDR).
            DDR pada dasarnya terdiri dari tiga tahapan. Pertama, analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa Desain Didaktik Hipotetis termasuk Antisipasi Didaktik dan Pedagogik (ADP). Kedua, analisis metapedagogik yakni dengan melakukan tindakan didaktis dan pedagogis lanjutan berdasarkan hasil analisis respon siswa menuju pencapaian target pembelajaran. Ketiga analisis retrosfektif yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktid hipotesis dengan hasil analsisis metapedagogik.
Orientasi proses berpikir sebelum pembelajaran berorientasi pada penjabaran tujuan pembelajaran yang berdampak pada proses penyiapan bahan ajar serta minimnya antisipasi yang bersifat didaktis atau mendidik. Hal ini tercermin dalam persipan yang dilakukan oleh guru melalui Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau Lesson Plan (LP) yang biasanya kurang mempertimbangkan keragaman respon siswa atas situasi didaktis yang dikembangkan, sehingga rangkaian situasi didaktis yang dikembangkan berikutnya kemungkinan besar tidak lagi sesuai dengan keragaman lintas belajar masing-masing siswa. Kurangnya antisipasi didaktis dalam LP dapat berdampak kurang optimalnya proses belajar masing-masing siswa karena hanya dikembangkan di luar jangkauan pemikiran guru, sehingga kesulitan belajar yang ,uncul beragam tidak direspon secara tepat bahkan tidak direspon sama sekali yang berakibat proses belajar tidak dapat terjadi.
Salah satu upaya guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah melalui refleksi tentang keterkaitan rancangan dan proses pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan teori diktatis yang dikemukakan Brouseau[4], tindakan diktatis seorang guru dalam proses pembelajaran akan menciptakan sebuah situasi yang dapat menjadi titik awal terjadinya proses belajar. Meskipun situasi belum menciptakan proses belajar, akan tetapi dengan suatu pengondisian, misalnya dengan teknik scaffolding atau intervensi tidak langsung dengan pendekatan proses berpikir Anderson, sehingga proses tersebut mungkin terjadi dan proses berpikir siswa menjadi lebih terarah. Jika proses belajar terjadi, maka akan muncul situasi belajar baru yang diakibatkan respon siswa atas situasi sebelumnya. Situasi baru dapat berupa tunggal atau beragam tergantung dari milieu atau setting aktivitas belajar yang dirancang guru.
Guru juga harus mendorong terjadinya interaksi antar kelas (tindakan pedagogic) melalui akulturasi jika siswa mengalami kesulitan belajar atau belum mencapai kemandirian belajar (adaptasi). Selain itu, guru perlu melakukan prediksi dan antisipasinya yang dituangkan melalui LP. Prediksi tersebut sangat penting karena merupakan bagian dalam menciptakan situasi diktatis yang dinamis dalam menmbantu memudahkan proses berpikir siswa. Sedangkan antisipasi tidak hanya menyangkut hubungan siswa-materi, tetapi juga guru-siswa, baik individu maupun kelompok atau kelas.
SISWA
MATERI
GURU





                                                         



Gambar 1.1 Segitiga Didaktis

            Peran guru dalam segitiga didaktis yakni guru perlu mnguasai materi ajar dan pengetahuan lain, serta kemmapuan lain untuk menciptakan relasi didaktik (didactic relation) antara siswa dan materi sehingga tercipta suatu situasi didaktis ideal bagi siswa. Guru juga perlu menciptakan situasi didaktis (didactical situation) yang terjadi pada proses belajar dalam diri siswa (learning situation).
            Pada proses pembelajaran, guru memulai mengajar dengan konsep dan menyajikan masalah kontekstual atau permainan, sehingga akan tercipta situasi yang menjadi sumber informasi bagi siswa dan mendorong terjadinya ptoses belajar. Dalam proses belajar, siswa akan menjadi sumber informasi bagi guru. Guru merespon aksi siswa terhadap situasi didaktis siswa sebelumnya, sehingga akan menciptakan situasi didaktis baru yang bersifat dinamis; berubah dan berkembang selama proses pembelajaran. Pada akhirnya guru dan siswa akan saling belajar.                                                                   
                                                       


[1] Didi Suryadi dalam Seminar Pengembangan Pembelajaran  Berbasis Riset untuk  Membangun Karakter Mandiri bagi Pendidik dan Peserta didik di SMA Global Islamic Boarding School, 2017.
[2] Rekontekstualisasi yaitu memberikan pengalaman pemahaman konsep dalam situasi yang dikenal dengan make sense.
[3] Repersonalisasi yaitu memberikan pengalaman personal tentang suatu konsep, kaitan dengan konsep lain, kemanpuan tertentu yang bisa dibangun dengan konsep tersebut, serta alternatif learning trajectory.
[4] Brouseau, G. 1997. Theory of Didactical Situation in Mathematics. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.