Tuesday, February 22, 2011

Komunikasi Lintas Budaya Pelerai Politic Recognation


Dari kiri: Dra. Sri Mastuti, M.Hum, Haryono, Dr. Priyatno Wibowo, Dr. Ketut Prasetya, 
Romo A.Luluk, Nasution, P.hD, Legowo, Drs. Artono. 


Tidak ada yang tahu pasti bagaimana konsep dan siapa sebenarnya yang dimaksud pribumi dan nonpribumi. Guna meluruskan berbagai konsepsi mengenai identitas tersebut, jurusan Pendidikan Sejarah menggelar Seminar Nasional Sejarah dengan tema Multikultur Indonesia: Dinamika Hubugan Pribumi-Nonpribumi pada Sabtu (19/2) di gedung I.6 Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Multikulturisme menjadi penting karena adanya penindasan atau penafikan atas dasar kepemilikan etnis dan agama, dalam hal ini etnis Tionghoa dan agama Kristen Khatolik. Pembicara yang dihadirkan adalah Dr. Priyanto Wibowo, ketua Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) dan A. Luluk Widyawan, Pr., ketua Kerawan Keuskupan Surabaya.

“Sampai saaat ini belum ada pembahasan yang secara utuh menyatukan serpihan maslah seputar Cina di Indonesia. Masalah Cina dan orang Tionghoa dipilih karena tidak ada konsep yang jelas terkait identitas,” ungkap pakar Studi Cina UI tersebut. Berbagai kerusuhan itu sampai akhirnya selalu membuat orang-oarang Tionghoa mengalami exsodus. Sedangkan Romo, panggilan akrab A. Luluk Widyawan, menerangkan mengenai kehidupan orang-orang Tionghoa penganut agama Kristen Katholik yang juga mendapat tekanan, sulitnya akses menuju identitas yang tak jarang harus melibatkan pendekatan politik untuk dapat berbaur menjadi masyarakat Indonesia seutuhnya. Segredasi dan konstruksi sosial yang dialami masyarakat Tionghoa seringkali menimbulkan gesekan dan benturan, maka jalan keluarnya hanya dapat dilakukan melalui komunikasi budaya yang dilakukan dalam kesetaraan dan keadilam dalam konteks heterogenitas. 

Kampoeng Kidz

Gedung asrama Kampoeng Kidz. 
Siswa SPI diasramakan di gedung ini, 
mereka hanya diperbolehkan pulang pada waktu tertentu, 
seperti hari-hari besar keagamaan.



Mereka adalah anak-anak khusus dari berbagai daerah di Indonesia. Saat ini siswa di Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) memiliki kurang lebih 70-an siswa. SPI merupakan sekolah umum yang diikuti oleh siswa-siswa pilihan khusus yang multikultur dan multi agama. mereka hidup berdampingan dengan rukun. SPI juga mengembangkan sistem entrepeneurship dengan melakukan wisata kampoeng Kidz pada hari libur, Sabtu, dan Minggu. Mereka diasramakan di sana, diberikan akomodasi, dan dibekali dengan banyak skill. Mayoritas jenis wisata edukasi yang terbilang baru itu dikelola secara apik dengan pendampingan ahli. Selamat berwisata yak,, semoga bermanfaat (●*∩_∩*●)



Gate sebelum masuk ke Kapoeng Kidz


Mereka adalah anak-anak SPI yang edang menghibur audience dengan tarian India.


Gedung Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI).


Agro Wisata Bhakti Alam-Pasuruan

 
hehehe udah mirip guide beneran belom yak Aida :-P
Foto ini pose bersama Mas Sholeh (kalau 9 sala siy lupa :-D
Mas Sholeh Friendly, dia orang pertama yang Aida temui waktu survey tempat sebelum ketemu langsung sama Pak Iwan yang dipercaya mantan gubernur Jatim Imam Utomo untuk mengelola bisnis Agrowisata.
Mas Sholeh ini yang mengantar saya berkeliling kebun seluas 60 hektar ini. 

Api Unggun pada malam terakhir Camp kami di Bhakti Alam.


Pose bersama sambil menunggu durian jatuh hehehe,,


Kandang sapi yg memproduksi susu murni untuk diparteurisasikan.
Ada petugas khusus yang mengelola peternakan sapi perah ini. 
Uniknya semua karyawan hanya diperbolehkan laki-laki.
Alasan keamanan dan medan di daerah tinggi
 dan menuntut untuk memiliki fisik kuat serta standby setiap saat.


Saya yang tidak seberapa doyan susu,
 ternyata lahap juga mengonsumsi susu alami hasil pasteurisasi.
Susu murni tersebut dijual Rp 2.000,- tiap gelas. 
Khusus untuk pengunjung mendapat free of charge.


Barak tempat kami menginap. Biaya sewanya cukup terjangkau, hanya Rp 25.000,- per kepala per satu malam. namun biasanya disewakan dalam jumlah besar dalam paket satu jutaan untuk menampung 40-an peserta. Bagi yang suka suasana lebih privasi atau keluarga tersedia juga Cottage dengan harga Rp 250.000,- per malam. Suasananya sejuk dan cozy banget.


Ini adalah buah durian montong, salah satu produk unggulan Bhakti Alam. Selain dapat mencicipi langsung dari pohonnya, pengunjung juga bisa membeli sebagai buah tangan dengan harga mulai Rp 5.000,-. 
Muraaahhh bukan,, saya saja ketagihan ke sana meski tidak mencicipi durian karena tidak doyan hehehe
Ada juga jambu darsono, melon Thailand, rambutan Lebak Bulus, etc.


Berpose diantara Dragon Fruit atau yang lebih dikenal dengan julukan Buah Naga. 
heeeemm lezad sangat buahnya,, 
di sana ada berbagai macam varian buah naga.
Tak hanya buah naga merah, putih, atau kuning, 
tetapi juga buah naga hitam dan hasil persilangan yang berwarna ungu. 
Very recomended place :-)

Outbound Kajian La Tahzan

Pose bersama kawan-kawan kajian La Tahzan 
pada 3-4 Juli 2010 di Unesa.

Prosesi outbound sesi pertama dengan mengedepankan permainan tradisional.

Gobak Sodor, salah satu permainan tradisional yang seru dimainkan.

GEMA Outbond Jurnalistik

Aida waktu Flying Fox di wahana outbound Baung-Pasuruan.

Wew,, ngeri banget,, mbiyut-mbiyut di atas (Scraryyy :-/)

Pose "gila" di waterfall Baung Camp.


Hiks, 9 sampae atas,, (ndutz siy :-( )