Tuesday, December 9, 2014

Catatan Hati

Ada perbedaan antara Wanita dan perempuan
Bagi saya wanita jauh lebih terhormat daripada perempuan
Wanita itu adalah seorang Ibu
Wanita itu adalah seorang istri
dan wanita itu adalah seorang saudara seiman
sedangkan perempuan notabenenya bisa apa saja dan cenderung lebih negatif

Kami sebagai wanita dianugerahkan kepekaan lebih dibandingkan para pria
Kami paham betul mana Wanita baik-baik mana Perempuan penggoda
Wanita baik-baik sadar betul dalam menempatkan diri dan situasi
sedangkan perempuan penggoda selalu memiliki banyak modus dan akal bulus
Mulai dari basa-basi kawakan pura-pura merajuk sampai akting minta perhatian dan sok perhatian
Mereka akan selalu mecari celah untuk memuaskan egonya tak peduli dengan Wanita lain yang ada di sisi pria

Wanita juga memiliki kesabaran seluas samudera
meski disakiti dengan model apapun akan selalu ada rasa memaafkan untuk orang lain
meski proses setiap pengampunannya berbeda-beda
namun kesabaran setiap wanita berbeda tingkatannya
ada yang biasa saja ada juga yang setingkat Dewa
apapun yang terjadi Wanita itu hanya akan menyimpan lukanya seorang diri dan selalu menampilkan senyumnya

Saya adalah wanita biasa saja seorang ibu dan istri sebagaimana umumnya
saya juga wanita dengan kesabaran yang berbatas
yang sudah mengingatkan pria yang dicintainya terhadap intimadi perempuan penggoda
sengaja saya diamkan apa yang terjadi belakangan
sudah sempat diskusi tentang masalah yang sudah ada beberapa waktu silam
tentang apa yang etrjadi dan resikonya
dan Wanita memang memilki kepekaan dan ketajaman insting luar biasa
dia paham betul apa yang terjadi pada pasangannya
dia dapat mencuim aroma kebohongan dan pengkhianatan meski tanpa bekas sekalipun
karena dia Wanita yang sudah menjadi ibu bukan hanya istri
dia Wanita yang menemani pria itu dari titik nol dan keadaan paling sulit dalam hidupnya

sebagai wanita yang mencintai prianya
saya pikir wajar memiliki rasa cemburu menyampaikannya dan mengekspresikannya
tapi jika semua itu tidak ada respon positif
pada akhirnya saya akan tetap memaafkan
meskipun setelah mengalami emosi dan pergolakan jiwa yang sulit
tentu saja akan ada perubahan sikap yang tak bisa sesama dulu
rasa kepercayaan itu sudah terkikir
seberapa besar usaha untuk jujur pun hanya akan terdengar seperti ucapan biasa
dan rasa iba, kasih, dan sayang itu akan bergeser pada titik rasa yang biasa saja
yang tidak bisa saya tentukan kapan batasnya
saya hanya sedang emnikmati rasa sakit ini
seorang diri
dengan berusaha tegar dihadapan anak-anak saya
agar mereka menjadi lebih baik dan bijak sana ke depannya

Medio Desember kelabu 2014
 

Wednesday, November 19, 2014

Goes to Bandung

Well.. berangkat ke kota kembang dengan selaksa doa dan harap mengawal siswa kompetisi di Universitas Padjadjaran,,

semoga Allah berikan yang terbaik,, :)

Upaya ke Unpad diwarnai dengan perjuangan yang tidak mudah
yang kami bawa adalah anak-anak beasiswa
sungguh suatu dilema sebenarnya
satu sisi mereka masuk grand final sebagai karta tulis ilmiah Al-Quran terbaik nasional diantara 330 karya lainnya
di sisi lainnya biaya ke Bandung sangatlah tidak murah apalagi kami berempat yang akan ditanggung pihak sekolah
akan tetapi pada akhirnya kami mendapat persetujuan juga dari sekolah dan yayasan

Mendampingi anak-anak Kalimantan yang sama sekali belum pernah ke Jawa
berasa Tour guide hehe namun mengingat waktu terbatas jadi kami tidak sempat wisata ke beberapa tempat menarik di Bandung dan Sumedang
dari semua itu yang paling penting adalah pengalaman yang siswa dapatkan
selain harus berkompetisi secara nasional melawan mahasiswa dan membawa pulang piagam serta piala
mereka juga dapat motivasi bertemu dengan peraih bidik misi terbaik nasional 2014, Birrul Qadriah dari UGM
semoga setelah ini kalian jauh lebih baik,, aamiin :)

Thursday, October 30, 2014

Golek Iwak Wong Jonegoro

  
Golek Iwak (dokumentasi pribadi)

Gambar di atas adalah aktivitas warga di kampung halaman saya di Bojonegoro. Mereka sedang asyik Golek Iwak (mencari ikan) di sungai ketika musim pancaroba tiba. Mendekati musim kemarau sungai akan mengering. Kejadian ini lumrah terjadi di Bojonegoro, sehingga tidak heran Bojonegoro selalu mengalami kekeringan setiap musim kemarau tiba. Hal ini didukung topografi Bojonegoro berada di daerah kapur dengan kontur tanah bergerak. 

Golek Iwak menjadi semacam ritual tahunan bagi wong Jonegoro (sebutan khusus bagi warga Bojonegoro). Mereka menangkap ikan secara tradisional menggunakan samber (jala kecil), alat pancing, bambu kecil yang panjang, dan tangan. Ikan yang peroleh semua adalah ikan tawar, mulai dari ikan wader, udang, ikan gabus, ikan sili, dan beberapa jenis kerang atau kijing.Masyarakat di sana memang memelihara lingkungan karena sungai ayau Dung masih dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari sehingga menjadi penting untuk menjaga sungai tetap bersih.

Golek Iwak menjadi penting karena ikan hasil tangkapan selain berguna untuk lauk juga dapat dijual. Tradisi ini juga sarat pesan positif karena mampu mempererat ikatan silaturahim antar warga desa. Teknologi tradisional yang digunakan memuat pesan untuk tetap menjaga lingkungan tetap bersih dan terhindar dari pencemaran zat-zat kimia.

Ilmu Politik Sengkuni vs Machiavelli

Saya adalah fans Gunawan Muhammad. Sastrawan dan budayawan ini sarat dengan ide-ide amazing yang selalu mengundang decup kagum. Ini kali masih oleh-oleh dari Tempo edisi 2 Nvember 2014. Saya mencoba me-review sedikit sebuah 'Catatan Pinggir'. Judulnya sangat menarik “sengkuni” sesuai dengan tokoh antagonis yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan di layar kaca dalam lakon Mahabarata. Tokoh Sengkuni buat saya pribadi memang sangat menjengkelkan. Tetapi harus saya akui bahwa kepiawaiananya dalam ilmu politik patut diakui jempol. Bahkan kecerdasan politiknya setara dengan madewa Krisna jelmaan Wisnu. Ide-ide brilian Sengkuni banyak yang digunakan dalam hal yang kurang bijak, salah satunya politik ini digunakan untuk memprovokasi hingga lahirnya Bharatayudha yang meluluhlantakkan dinasti Kuru.

Berbicara ilmu politik, tentu banyak pihak yang berkiblat dari Eropa dalam buku II Principle karya Machiavelli muncul abad ke-16 yang dikenal sebagai penasihat raja yang keji bagi para raja. Tapi Machiavelli bukan sepenuhnya seorang sengkuni yang dibenci. Jika kita lihat tempat dan masanya pada masa perang antarkota dan ekspansi, kita akan lebih paham mengapa ia bisa dibenarkan.  Machiavelli mencitakan sebuah pemerintahan yang kokoh seperti Romawi, tetapi tidak semua pangeran sanggup membanu tata dan tak semua pemimpin siap berbuat keji, kejam, dan bengis. Ia menulis bahwa seorang raja yang arif tak akan risau dikecam karena berbuat kejam yang menyebabkan rakyatnya bersatu dan setia. Dengan menampakkan kebengisan ia sebenarnya jauh lebih berbelas hati ketimbang mereka yang sangat pemaaf membiarkan kekejian berkecamuk.

Machiavelli ternyata bukan orang pertama yang menggagas ilmu politik. Sekitar 300 tahun SM, di India seorang pangeran berhasil mengeksPansi dan merebut tahta dinasti Magadha, kemudian mengalahkan pasukan Iskandar Yang Agung (Alexander The Great) dari Makedonia. Candragupta tidak sendirian melakukan itu, ia ditemani penasihat yang petuahnya bisa lebih culas dan kejam dibanding Machiavelli dan Sengkuni: Kautilya Chanakya. Dalam kitab Arthashastra, Chanakya membanggakan ilmu politik memperkuat kekuasaan seorang raja. Ilmunya terdiri dari cara berbuat licik dan kejam yang tidak disebutkan dalam karya Machiavelli, serta daftar cara menyiksa dan membunuh, dan memasang mata-mata. Ia berfokus pada logika kekuasaan: efektivitas.

Awalnya saya pun hanya memiliki pandangan politik yang sama dengan kebanyakan orang, tetapi setelah membaca catatan pinggir Gunawan Muhammad, saya jadi tahu dan betapa malunya saya dalam usia sekarang ini baru mnegetahuinya. Karya-karya Machiavelli mulai aKrab di telinga saya sejak di bangku kuliah dengan materi kuliah Filsafat Ilmu dan Metodologi Sejarah. Betapa saya malu dan termotivasi untuk membuka tabir cakrwala keilmuwan bahwa apa yang saya peroleh saat ini itu terlalu sedikit. Saya masih perlu banyak membaca dan bergerak untuk lebih produktif, entah itu sebagai ibu, guru, atau diri saya pribadi.

Tidak ada puncak gunung yang tidak memiliki lembah. Begitulah kekuasaan yang ditopang ilmu politik tidak selamanya menyehatkan. Kekuasan yang tidak terbatas menyebabkan diri terlena, bahkan seringkali tidak mampu mengontrolnya dengan baik. Jika sudah mencapai titik ini, maka akan memunculkan kegelisahan dan rasa bersalah serta intimidasi yang menjadi bumenang bagi diri sendiri sebab tidak mampu menempatkan diri antar terlibat atau terjerat dan tak terlibat logika kekuasaan.

"Seorang penguasa tidak hanya harus mengenal kelicikan dan kekejaman, tetapi harus tahu kapan itu tidak harus di pakai."

Agama Lokal Indonesia


Saya adalah tipe orang yang hobi bejalanan atau bahasa kerennya traveling tapi dengan budget yang minimalis hehehe untuk mengakalinya maka saya harus banyak membaca, menulis, dan berjibaku dengan media sosial.  Tempo menjadi salah satu favorit bacaan saya yang ini kali bisa saya nikmati secara gratis di sekolah. Sebenarnya National Geografi (Natgeo) juga biar lebih melek, aware, dan care dengan dunia tetapi entah mengapa Natgeo jadi tidak muncul lagi sekarang. Barangkali karena sudah berhenti berlangganan, tapi untungnya saya masih menikmatinya versi digital. Kesukaan saya itu mengantar saya untuk menjejakkan kaki di tanah Borneo. Sebagaimana para treveller pada umumnya, kami adalah para nomaden yang sangat mudah dan cepat beradaptasi dengan lingkungan baru.

Di tanah orang banua ini, saya yang berprofesi sebagai tenaga pengajar, banyak berinteraksi dengan berbagai suku khususnya suku Dayak dengan berbagai keanekaragaman jenisnya. Kecintaan saya dengan suku, bahasa, dan adat istiadat Indonesia selalu membuat saya penasaran dan ingin mengulik kebenarannya. Saya selalu penasaran dan ingin membuktikan bahwa mitos yang berkembang di masyarakat tentang duku Dayak pun Madura atau suku-usku lainnya yang memiliki stereotif negatif dapat dipatahkan. In fact, mereka memang begitu bersahabat dan dapat hidup harmonis dengan suku lainnya. Saya rasa yang menyebabkan pemikiran kurang baik seperti itu karena kita tidak mencoba mendekat atau mengenal dengan baik mereka.

Ini kali Tuhan telah memberikan saya jawaban atas apa yang selalu saya pertanyakan selama ini sejak saya menjadi begitu dekat dengan anak didik saya yang orang Dayak. Mereka di sela-sela pelajaran bahkan ketika berdiskusi di luar jam pelajaran, selalu bersikukuh bahwa Kaharingan adalah agama. Sebuah agama khas orang Dayak Kaharingan yang mendiami Kalimantan Tengah. Waktu itu saya yang terbatas sumber dan informasi juga beropini bahwa Kaharingan tak lebih hanya kepercayaan biasa layaknya Kejawen dan lainnya. Meski dalam hati saya ragu dan penasaran. Hingga kemarin dalam majalah kesukaan saya itu (Tempo) dimuat rublik tentang agama lokal Indonesia yang memuat agama-agama lokal yang banyak di Indonesia, seperti: Kaharingan (Kalimantan Tengah), Sunda wiwitan (Kuningan), Aluk Tadolo (Toraja), Arat Sabulungan (Mentawai), dan Marapu (Sumba). 

Indonesia sejak era Gusdur telah berhasil menetapkan enam agama nasional yang sah dan diakui negara. Dalam Undang-Undang No 1/PNPS (pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama) Tahun 1965 memang tidak ada pengakuan agama, yang ada adalah agama yang dipeluk dan dianut mayoritas di Indonesia ada enam, yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Sehingga para penganut Kaharingan dan beberapa aagma lokal lainnya di luar enam agama besar lebih memilih mencantumkan agama Hindu ke dalam KTP. Begitupun dengan para penganut agama lokal lainnya, meskipun banyak juga yang mencantumkan agama Kristen karena dianggap lebih 'mewakili'. 

Miris sebenanrnya karena para penganut ini minoritas sehingga pengakuan dan pengangkatana agma lokal masih menjadi pelik. Namun negara sudah memonitor soal agama lokal ini dengan berdikusi bersama para penganutnya. Agama lokal sebenarnya tetap dibirkan berkembang oleh negara selama tidak melakukan pelanggaran, misalnya seperti kasus Ahmadiah atau sekte-sekte menyesatkan lainnya yang sudah pernah berurusan dengan hukum. 

Pada masa Orde Baru, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 1978 mengukuhkan posisi agama-agama lokal sebagai aliran kepercayaan. Melalui Kepres ini, agama lokal yang tadinya berada di bawah naungan Kementrian Agama (Kemenag) dialihkan ke Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Keberadaan agama lokal ini tentu memunculkan pelbagai opini yang berkembang. Pertama, yang berpendapat bahwa negara tidak perlu mnegurusi agama warganya dan menyerahkan urusan agama ke setiap individu sehingga KTP tidak perlu kolom agama. Pandangan kedua menntang pendapat pertama. Alasannya, jika negara tidak mengakui agama warganya, maka negara tidak memiliki dasar menjalankan perintah konstitusi. Menurut menteri agama, LukmanHhakim, jika pemerintah tidak bisa menentukan suatu komunitas sebagai agama tau tidak, setidaknya ada pendaftaran agar agama bisa menjalankan kewajibannya.

Pengekangan terhadap agama-agama lokal sebenarnya terjadi sejak Indonesia merdeka. Pada masa Orde Lama, pengekahan tidak terlihat karena belum banyak undang-undang yang mengatur, sedangkan pada masa Orde Baru undang-undang tersebut terlihat deskriminatif. Ketika Reformasi bergulir dengan munculnya kebebasan dalam mengeluarkan pendapat, Suel, ketua Majelis Agama Hindu Kaharingan bersama ratusan penganutnya menggunakan kesempatan emas itu untuk memisahkan gama Hindu dan Kaharingan.

Kaharingan diintegrasikan ke Hindu pada 1980 dengan mengeluarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Nomor 37 Tahun 1980, meyusul penataan administrasi kependudukan melalui pengisian kolom agama di KTP. Pemisahan ini dilakukan karena memang agama Hindu dan Kaharingan berbeda. Misalnya dalam hal upacara kematian, tempat ibadah, dan kitab suci. Dalam ngaben, begitu mayat dibakar abunya dilarung ke laut supaya bisa kembali ke sungai Gangga. Hal ini tidak terjadi pada tiwah. Agama Hindu memiliki weda sedangkan Kaharingan memunyai Panaturan. Kemudian tempat ibadah umat Hindu adalah Pura, sementara pada Kaharingan namanya Balai.

Tuesday, October 28, 2014

Mom Susi

Well, nama Susi menjadi trending topic dunia pasca pelantikan Kabinet Kerja era Jokowi-JK. Saya pribadi mengenal pentolan Susi Air itu sekitar tahun lalu kala wawancara di Bloomberg tivi. Saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Begitulah kira-kira ungkapan hati saya waktu itu. Wanita keren itu memang tangguh dan wonder mowan. kehidupan keras sebagai warga pesisir menjadikan pribadi dan karakter Susi begitu kuat. Ia memang drop out SMA karena pada masa Orde Baru

Kita tahu, Susi banyak menyedot perhatian publik karena tertangkap kamera tengah asyik meroko pasca pelantikan di Istana Merdeka. Bagi orang Indonesia yang berbudaya ketimuran memang hal ini sangat tidak etis. Apalagi jika ranah pendidikan pasti menyorot dengan tajam karena takut memberikan contoh yang tidak baik terhadap anak didik. 

Namun buat saya pribadi Susi adalah seorang wanita yang inspiratif. Sebagaimana saya dan dua sahabat saya sepakat bahwa gelar tidak seutuhnya memengaruhi kesuksesan dan kinerja seseorang. Kerja keras dan kerja keras yang kontekstual based on eksperience justru mampu menempa dan mencerminkan pembelajaran sesungguhnya. Saya justru penasaran bagaimana wanita tangguh ini mendidik anak-anaknya. Mengingat budaya juga turut memengaruhi karena suami Susi adalah bule. 

Well, apapun itu kita tidak berkah menjudje seseorang hanya dengan melihat sekilas tanpa tahu dan paham secara menyeluruh siapa diri mereka sebenarnya. Cobalah posisikan diri kita ada pada posisi mereka. Saya rasa ini cukup efektif untuk menjaga kesantunan kita untuk lebih respect terhadap orang lain.

Ied Qurban 2014

Proses fermentasi daging sapi dan kambingdengan daun pepaya

Setelah semalaman di fermentasi hasilnya memang lebih lembut

Olahan kari kambing w/ XII Social G1 "13 Warriors"

Friday, October 24, 2014

Hello Juanda

Ini kali adalah moment yang lucu sekaligus menengangkan buat saya, dan topiknya masih seputar bandara. So, jadi ada cerita berbeda dalam perjalanan saya kembali ke Borneo. Sehari setelah pernikahan adik ipar saya, besoknya saya langsung kembali beraktifitas karena jatah cuti sudah habis. Sebagaimana adat orang Madura, hampir mayoritas setiap moment pernikahan makanan khas yang disajikan sebagai menu utama adalah sate dan gulai kambing. Saya yang tidak terlalu suka daging kambing sengaja tidak makan satenya, tetapi tetap menikmati gulai kambingnya dengan sambal ekstra hot khas Madura ditambah eskrim sisa resepsi yang entah berapa banyak sudah saya lahap :D

Esok harinya, saya diantar suamiku, pagi-pagi buta harus bergegas ke terminal untuk mengejar pesawat mengingat tempat tinggal saya yang sangat jauh. Beberapa jam berlalu saya masih mengantuk dan tiba-tiba harus terbangun karena perut melilit-lilit sakit. Omigot, saya resmi sakit perut dan semoga bukan diare. Saya coba tahan sakit perut itu dengan memerbaiki posisi tempat duduk dan mengatur nafas perut sesuai saran suamiku. Lumayan bisa menolong paling tidak untuk sampai di terminal Purabaya. Untungnya karena bus pagi jadi melewati jembatan Suramadu tidak melintas selat Madura menggunakan kapal Feri. 

Lima jam berlalu dan tibalah di Surabaya. Saya terburu-buru naik bus angkutan bandara mengejar pesawat yang kurang satu jam lagi take off dengan kondisi perut masih super melilit.  Bagitu tiba di Juanda, saya bergegas check in lalu menuju waiting room dengan perut masih melilit-lilit ditambah lapar dan lelah bercampur keringat dingin. Di dalam ruang tunggu, saya sempat sensi dengan petugas bandara. Padahal sebenanrnya tidak ada apa-apa, she have to do w/ the right rule in airport. Yah, namanya juga lagi keakitan bin kelaparan jadi wajarlah sensi hehehe Untungnya sebelnya hanya sesaat tidak berkepanjangan karena temannya sudah baik meminjami saya minyak kayu putih. 

Waktu itu, di televisi sedang ditayangkan secara live pelantikan Jokowi-JK sebagai presiden ke-7 Republik Indonesia. Alih-alih menonton itu, saya coba berdiri berharap sakit perut ini segera berlalu. Namun ternya justru semakin menjadi. Sampai pada akhirnya saya sudah tidak tahan lagi dan berlari secepat kilat menuju toilet. Sesampainya di sana, Toilet pun antre. Saya harus bersabar lagi dan berdoa mudahan "tepat pada waktunya" :D Di dalam toilet ternyata bekas pipis ibu-ibu tidak disiram, tapi karena sudah sangat urget akhirnya langsung duduk begitu saja, and oooohhhh,, Thanks God :P 

Saya pun keluar dengan wajah bahagia seperti baru mendapat durian runtuh. Tetapi itu ganya sesaat. Beberapa menit kemudian perut saya mules lagi dan pesawat sudah mendekati boarding. Saya kalang kabut di Juanda, mana sendirian dengan kondisi sangat menghkawatirkan dan perlu dikasihani. Saya dengan spontan minta obat pencegah diare kepada salah satu petugas yang belakangan saya tahu adalah kepala petugas bandara di terminal satu. How shy Iam :( Pantas saja waktu itu beliau langsung mengintruksikan kepada anak buahnya :D 

Para petugas itu pun bingung karena ruangan kesehatan ada di lantai satu dan cukup jauh dijangkau dari waiting room. Akhirnya, mas-mas yang saya lupa namanya itu dengan baiknya mengantar saya LAGI untuk ke toilet. Karena takut di pesawat saya mules lagi, saya 'habiskan' pada ronde dua itu sekaligus. Keluar dari toilet, saya langsung minum air putih karena takut dehidrasi. Alhamdulillah, masih dapat terkejar menuju kabin. Meskipun semua serba terburu-buru pada akhirnya di dalam pesawat perut saya sudah kondusif. 

Catatan untuk tidak makan sembarangan dan berlebihan sebelum bepergian :D  


 

Story from Journey

Well,, this special journey agak lebai sih karena sebenarnya perjalanan biasa menuju hometown. 

Hari itu, saya berangkat sore menuju bandara hendak menghadiri pernikahan adik ipar saya. Saya berangkat sendirian karena suami dan anak saya lebih dulu berangkat. Seperti biasa kena delay dan harus lama menunggu di bandara. Rasanya membosankan dan lelah. Saya sengaja memakai masker karena memang selain musim kabut asap akibat kemarau panjang dan pembakaran ilegal hutan di Kalimantan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, juga sebagai perlindungan dari orang iseng.

Alhamdulillah, delay tidak terlalu lama karena memang menjelang weekend jalur penerbangan padat banget, tiba juga waktu boarding. Seperti biasa, sebelum mencapai bandara penumpang akan dinatarkan menggunaka bus bandara. Saya waktu itu berhadapan dengan seorang perempuan yang selisih beberapa usia saja dari usia sekarang. Saya hanya menatapnya sekilas. 

Begitu tiba di dalam kabin pesawat sembari mencari tempat duduk sesuai tiket, alangkah kagetnya saya ternyata duduk bersebelahan dengan perempuan tadi. Sebenarnya perempuan itu tempat duduknya ada di dekat jendela, sedangkan saya di paling pinggir. Namun karena sudah ada bapak-bapak yang duduk duluan, akhirnya perempuan tadi duduk di samping saya. 

Perkenalan pun dimulai dengan masker masih menutupi wajah saya. Namanya Hana. Dia adalah seorang dokter umum yang sedang pengabdian di suatu daerah terpencil dan miskin di Kalimantan Selatan. Jujur saya, saya pribadi awalnya kaget bukan kepalang tak menyangka bahwa perempuan sedeerhana itu adalah seorang dokter. Tempat dr. Hana mengabdi ternyata masih satu kabupaten dengan tempat saya tinggal, tetapi beda lokasi. Sebelum di tempatkan di lokasi ini, dia berada di lokasi yang masih lumayan dekat dengan kota, di kota dengan provinsi Kalimantan Timur, bahkan sempat ditempatkan di Papua. Subhanallah..

Singkatnya perjalanan ini lebih mirip agenda curcol sebenarnya. Kami yang baru saja kenal rasanya begitu dekat. Barangkali ini yang dinamakan chemistry orang perantauan. Apalagi kami sama-sama orang Jawa dan tinggal dekat pesisir dengan karakter yang apa adanya. 

Perempuan hebat ini bercerita banyak hal tentang pengabdiannya. Perlu banyak sekali pengorbanan yang harus dilakukan untuk menyadarkan masyarakat di sana. Kisahnya sungguh sama persis dengan narasi sinetron yang sering menghiasi layar kaca Indonesia. 

Beberapa kali saya sempat melihat dr. Hana menyeka air matanya sembari menahan kata-katanya mengingat betapa pilunya berjuang di sana. cacian, teror, dan fitnah sudah menjadi makanan sehari-hari. Bahkan ia sering dilaporkan ke dinas dengan tuduhan-tuduhan paslu. Inilah ujian menyampaikan pesan kebaikan. Yang lebih mencenangkan adalah ternyata banyak sekali para junkies atau pemakai narkoba di tempat pengabdian. Pasokan narkoba dapat begitu mudah diperoleh melalui akses sungai yang memnag dekat dengan tempat pengabdian. Belum lagi pemabok yang hampir tiap hari ada. 

Belum lagi tantangan besar dalam menyadarkan tenaga medis di sana yang turut membantu dr. Hana untuk lebih sadar dan kembali pada kode etik tenaga medis. Mereka banyak yang menyalahgunakan kemampuan medisnya. Misalnya tidak mau piket malam, penolong pasien di luar jam kerja, memberikan obat, dan mendiagnosa dengan teliti. Rata-rata hanya asal atau sekedar ketika memeriksa pasien, kemudian memberika surat rujukan ke rumah sakit padahal penyakit yang diderita pasien harusnya bisa disembuhkan. 

Perempuan tangguh ini sebenanrnya sudah tidak tahan dan ingin kembali ke Jawa bersama keluarganya. Hanya saja hati kecilnya seringkali tidak tega meninggalkan mereka yang masih perlu pertolongan. Alhamdulillah, dari semua tenaga medis di sana masih ada beberapa orang yang sehati dengan dr. Hana. 

Mudahan dr. Hana diberikan kemudahan dan the best solutin untuk lebih dekat dengan keluarganya dan diterima untuk mengambil program spesialis dokter anak. Begitu pula bagi masyarakat di sana supaya diberikan kesadaran akan pentingnya hidup sehat dan bersih. 

Medio Oktober 2014

Thursday, October 9, 2014

Fiksi tentang Kepedulian

Sepasang suami istri petani pulang ke rumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam,“Hmmm…makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar?”
Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah perangkap tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak,
“Ada perangkap tikus di rumah!… di rumah sekarang ada perangkap tikus!….”Ia mendatangi teman2nya dan berteriak.
Tikus: "Hai ayam. Ada perangkap tikus di rumah!”
Sang Ayam berkata: “Tuan Tikus. aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku”
Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing.
tikus: "Hai tuan kambing. dirumah ada perangkap tikuss..!!"
Sang Kambing pun berkata: “Aku turut bersimpati…tapi tidak ada yang bisa aku lakukan..”
Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama.
”Maafkan aku, tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali”
Ia lalu lari ke hutan dan bertemu ular.
Tikus: "Wahai tuan Ular, dirumahku ada perangkap tikus.. teman-temanku tak mau peduli dengan ku.."
Sang ular berkata,: “Ahhh…Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku. Sudahlah tikus.. jika kamu terperangkap, terima sajalah nasibmu.."
Akhirnya Sang Tikus kembali ke rumah dngan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri. Suatu malam, tikus selalu berhati-hati dalam mencari sisa-sisa makanan di rumah.
Hingga suatu hari pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang tersangkut perangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah.
Walaupun sang Suami smpat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan karena sang istri sempat tergigit ular.
Sang suami harus membawa istrinya ke rumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang, namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya (kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam). Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu mnyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya. Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.
Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan sebagai sedekah orang-orang yg melayat.
Dari kejauhan…Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan.. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi...
SUATU HARI.. KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA, MAKA PIKIRKANLAH SEKALI LAGI.
Indahnya hidup bukan dari seberapa banyak orang mengenal kita, akan tetapi dari sberapa banyak orng bisa bahagia mengenal kita. Tak usah berpikir terlalu jauh untuk membuat orang terdekatmu bahagia tengok saja kapan kita kita mampu membuat mereka tersenyum bahkan tertawa.
Maka bantulah urusan orng sekitar kita, maka insyaAlloh Dia (Alloh) akan membantu dan mempermudah urusan kita.

Review "The Leader Who Had No Title"

Sebuah buku bejudul The Leader Who Had No Title tulisan Robin Sarma.  Di Chapter- IV, buku itu menceritakan pertemuan  seorang house keeper sebuah hotel benama Anna dengan seorang mantan tentara bernama Blake. Blake saat itu sedang galau karena setelah tidak lagi menjadi tentara merasa tidak lagi memiliki kedudukan di masyarakat. Sahabat Blake seorang ekskutif muda mempertemukan Blake dengan Anna. Walaupun pekerjaannya sebagai house keeper sebuah hotel, Anna bangga dengan pekerjaanya. Dalam cerita itu, Anna memberikan tulisan di kertas tisu yang telah disiapkan sebelumnya kepada Blake, sambil dia menyiapkan minuman kopi.

Tulisan itu berbunyi:
1.      Every one of us alive in this moment has the power to go work each day and express the Absolute Best within us. And you need no title to do that.
2.      Every one of us alive today has the power to inspire, influence, and elevate each person we meet by the gift of a great example.  And you need no title to do that.
3.      Every one of us alive with life can passionately drive positive change in the face in negative conditions.  And you need no title to do that.
4.      Every one of us alive to the truth about leadership can treat all stakeholders with respect, appreciation, and kindness--and in so doing raise the organization’s culture to best of breed.  And you need no title to do that.

Dua catatan sangat penting untuk semua orang, agar tidak risau dengan jabatan ataupun posisi kita, karena dimanapun kita berada dan apapun posisi/jabatan kita, kita dapat mendarmabaktikan kemampuan yang kita miliki untuk kepentingan masyarakat. Dengan bekerja sebaik mungkin serta kegiatan yang bermanfaat kepada orang banyak, sebenarnya kita sudah memiliki power yang optimal.

Filosofi

Ada gelas berisi air dan ditanyakan bagaimana bentuknya? Jawabannya dapat macam-macam tergantung dari sisi mana kita melihat.  Jika dilihat dari atas, mungkin berbentuk lingkaran kaca dan tengahnya ada air.  Mirip sumur yg dilihat dari atas, ganya saja lingkarannya bukan dari beton tetapi dari kaca.  Mereka yang melihat dari samping, mungkin tampak sangat indah. Apalagi gelasnya gelas yang ada pegangan seperti yang biasanya dipakai bule minum wiski.

Air dalam gelas itu hanya setengah. Bagaimana kita menyebut dan memberi komentar?  Juga macam-macam. Kita dapat menyebut isinya hanya setengah jadi perlu ditambah.  Dapat juga disebut isinya sudah setengah jadi jangan ditambah. Atau isinya tinggal setengah, mungkin sudah diminum orang.  Dan sebagainya?

Apa yang dapat dipetik dari paragraf di atas?  Respon kita terhadap sesuatu fenomena tergantung sudut pandang yang kita gunakan.  Jadi metapora orang buta meraba gajah (yg katanya yang memegang kakinya berpendapat gajah itu seperti pohon bamboo besar, yang memegang ekornya mengatakan gajah itu seperti kemucing), tidak hanya terjadi pada orang buta.  Orang melek-pun dapat berbeda sudut pandang terhadap baran atau fenomena yang sama.

Friday, October 3, 2014

Virus Ebola

Virus Ebola sedang marak dibicarakan di seluruh dunia. Virus ini banyak banyak meyerang negara-negara di benua Afrika, terutama Afrika bagina barat dan tengah..

Ebola adalah virus mematikan yang dapat mengakibatkan pendarahan di dalam dan luar tubuh. Virus ini menyerang system imun serta organ-organ tubuh yang menyebabkan dara sulit membeku sehingga pendarahan tidak terkontrol.

Virus Ebola menyebar melalui udara layaknya flu, namun ia tersebar melalui sentuhan kulit atau cairan tubuh manunia, termasuk dari binatang seperti monyet dan kelelawar. Orang yang tidak menunjukkan gejala terinfeksi virus Ebola juga dapat menyebarkan virus ini.


Orang yang merawat atau berinteraksi dengan penderita positif pengidap virus Ebola, kemungkinan besar dapat terjangkit karena virus ini juga tersebar melalui jarum suntik yang terkontaminasi. Akan tetapi virus ini tidak tersebar melalui makanan dan air.

Resep Es Hijau

Bahan:

  • 550 ml santan kental, dari 1 butir kelapa parut
  • 50 g tepung beras
  • 1 sdm tepung ketan
  • 4 sdm air daun suji
  • 75 g gula pasir
  • 1 sdm air kapur sirih
  • 75 g buah nangka, buang biji, iris tipis
  • 1 butir kelapa muda, keruk dagingnya
  • Es batu, serut
  • 6 sdm sirop gula merah, siap pakai

Cara membuat:


1.   Campur 300 ml santan bersama tepung beras, tepung ketan, dan air daun suji. Aduk rata hingga larut. Sisihkan.
2.   Rebus sisa santan bersama gula pasir dan air kapur sirih, sambil aduk rata perlahan hingga mendidih.
3.   Tuangkan larutan tepung ke dalam santan rebus sambil diaduk perlahan hingga mengental seperti bubur. Angkat, dinginkan.
4.   Letakkan 4 sdm bubur hijau ke dalam setiap mangkuk saji, tambahkan nangka dan kelapa muda.
5.   Tambahkan es dan sirop gula merah.
6.   Sajikan dingin.

Source: Femina


Friday, September 12, 2014

Kecanduan Video Game

Ini adalah sebuah potret kehidupan masyarakat yang dalam kesehariannya acap kali kita jumpai. Seorang fotografer profesional mengabadikan sebuah sudut kota besar ini : beberapa televisi berderet yg digunakan untuk usaha video game sewaan dan pelanggannya dari mulai anak2 sampai remaja. Sepulang sekolah tidak langsung pulang tapi malah asyik bermain PS sewaan nyaris tanpa mengenal waktu. Sebagiannya lagi bolos sekolah untuk memenuhi hasrat ketagihan bermain video game tsb. Mereka tampak 'khusyu' di depan layar monitor televisi, sekali sekali diselingi tawa gembira dan celoteh senang karena mendapat skor tertinggi. Untuk semua "kegembiaraan" itu, mereka membayar sekitar 3.000 sd 5000 perak per jam kepada pengelola jasa video game sewaan.
Sesungguhnya anak2 itu dalam ancaman bahaya ketagihan bermain video game, termasuk anak2 di dalam keluarga yg menyediakan video game sendiri di rumah.
Menurut penelitian yang pernah dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics—yang antara lain dilakukan di Seattle Children’s Research Institute (2011), Iowa State University (2010), dan Stanford University School of Medicine (2009), kebanyakan main game bisa mengganggu proses tumbuh kembang anak, antara lain berupa :
● Masalah sosialisasi.
Berhubung lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain dengan mesin (bukan manusia), si pra remaja bisa merasa canggung dan kurang nyaman kala datang kesempatan untuk bergaul dengan temannya.
● Masalah komunikasi.
Kegiatan berkomunikasi bukan sebatas berbicara dan mendengarkan kalimat yang terucap, tetapi juga membaca ekspresi lawan bicara. Anak yang kurang sering bersosialisasi biasanya kesulitan melakukan hal ini.
● Mengikis empati.
Seringkali anak menyukai jenis game yang melibatkan kekerasan, seperti perang-perangan, martial art, dan sebagainya. Efek samping dari memainkan jenis game ini adalah terpicunya agresivitas anak dan terkikisnya empati si kecil terhadap orang lain.
● Gangguan motorik.
Tubuh yang kurang aktif bergerak akan mengurangi kesempatan anak untuk melatih kemampuan motoriknya. Risikonya, anak bisa terserang obesitas dan pertumbuhan tinggi badannya tidak maksimal.
● Gangguan kesehatan. Menatap layar video games secara konstan dalam waktu lama bisa mencetus serangan sakit kepala, nyeri leher, gangguan tidur, dan gangguan penglihatan.
Satu hal lagi : keasyikan atau kecanduan main video game membuat waktu untuk belajar di rumah menjadi berkurang. Anakpun tidak bisa fokus/konsentrasi belajar, terbayang bayang terus oleh asyiknya bermain video game, apalagi bila merasa penasaran atau tertantang dgn skore game tsb. Akibatnya : prestasi belajar di sekolahpun menurun.
Bagaimana sebaiknya ?
Kita menyadari video game adalah produk teknologi yg tidak terelakkan menyambangi keluarga kita. Karenanya beberapa tips ini baiknya diketahui oleh para orang tua.
Ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk membantu anak menghindari bahaya video game, antara lain:
 Batasi waktu bermain video games. Maksimal 2 jam sehari dan hanya akhir pekan.
 Awasi ketika anak bermain agar si kecil tidak meniru hal-hal buruk yang mungkin ada di video games.
 Pastikan kita memilihkan jenis permainan yang edukatif dan sesuai dengan usia anak.
 Jangan letakkan perangkat video game di kamar anak.
 Letakkan perangkat video game di ruang keluarga agar kita tetap bisa mengawasi si kecil.
 Berikan pemahaman pada anak bahwa dalam kehidupan nyata tidak seperti yang digambarkan dalam permainan video tsb.
(Sumber: dr. M.Muchlis)

Thursday, September 4, 2014

D'Meaning of Journey

Perjalanan kerap dianggap sebagai proses untuk menemukan diri sendiri. Lewat perjalanan, seseorang tidak hanya menambah pengetahuannya mengenai tempat-tempat baru, melainkan juga membuka tabir diri yang belum diketahui selama ini. Tapi tidak semua orang sepakat pada pendapat ini. Walau pendapat diatas tidak sepenuhnya salah, harus diakui bahwa memang ada beberapa hal yang hanya bisa kita pelajari lewat proses mengangkat ransel dan melangkahkan kaki ke tempat-tempat asing. 
Melalui perjalanan, selalu ada orang baru yang bisa kita kenal. Selalu ada kesempatan untuk berbincang dan menjalin hubungan dengan penduduk lokal atau sesama pejalan. Selalu ada titik dimana sesama manusia akan bisa terhubung, hanya jika masing-masing pribadi mau membuka diri.
Lewat perjalanan kita akan sadar bahwa rasa sepi adalah pilihan yang bisa kita ambil atau kita tinggalkan. Kesepian atau tidak ditentukan oleh sikap dan pilihan kita sendiri. Selama kita memilih untuk tidak merasa sepi, maka akan selalu ada cara untuk menyingkirkan rasa tersebut dari diri kita.
Perjalanan akan membuat kita sepakat bahwa selalu ada sisi menarik dari setiap orang yang kita temui. Membuka diri dan berbincang dengan mereka akan makin menambah wawasan tentang kultur tempat yang sedang kita kunjungi. Ternyata membuka diri dan mengenal orang baru justru akan makin membuat kita kaya.
Tidak hanya berkorban dalam prosesnya. Di perjalanan pun kita harus banyak membuat pilihan. Saat mendaki Gunung Lawu, misalnya. Kita harus memilih akan lewat jalur yang landai, berpemandangan menarik tapi lebih panjang atau naik lewat jalur yang curam, pemandangannya tidak begitu cantik tapi menawarkan waktu tempuh lebih cepat? 
Proses menuju dan selama perjalanan mengajarkan kita untuk terus membuat pihan. Kita tidak akan bisa mendapatkan semua yang kita mau disaat bersamaan. Hidup adalah proses panjang membuat serentetan pilihan yang tidak akan pernah berhenti.
Lewat perjalanan, kita akan bertemu dengan banyak orang yang secara ajaib masih terus terhubung dengan kita sampai hari ini. Bahkan terkadang kita merasa lebih dekat dengan mereka dibanding dengan orang-orang di sekeliling kita. Walau tidak bertemu setiap hari dan tidak rutin saling bertukar kabar, kita hanya tahu bahwa mereka ada.
Kita akan memandang ikatan pertemanan dan keluarga dengan berbeda. Tidak hanya mereka yang tinggal di zona waktu yang sama saja yang bisa kita ajak bersenang-senang dan berbagi cerita. Mereka yang tinggal di belahan bumi lain pun bisa membuatmu merasa terdampingi. Ternyata orang di seluruh dunia bisa terhubung dengan indah dan lekat. Selama mereka memang mau menjalin kedekatan.
Terkadang sebagai orang Indonesia kita sering merasa rendah diri jika berhadapan dengan bule. Mereka terlihat lebih berani mengungkapkan pendapat, lebih kritis dalam berpikir dan mengeluarkan argumen. Dampaknya kita enggan membuka pintu interaksi dengan mereka dan terus merasa seperti remah-remah rempeyek.
Atau kasus lainnya. Sebagai orang Jawa, kita merasa lebih pintar dari orang-orang Papua. Setiap melihat mereka yang berkulit hitam dan keriting, kita akan berpikir kalau mereka tidak secerdas kita. Padahal kita belum punya pengalaman berinteraksi langsung dengan mereka.
Tanpa pernah melakukan perjalanan dan melakukan interaksi intens dengan orang di luar zona nyaman kita, pemahaman kita tidak akan pernah berkembang. Kita akan terus merasa superior dan atau inferior terhadap orang lain. Padahal sebenarnya kita tidak harus merasa rendah diri atau pun tinggi hati. Toh manusia selalu punya kelemahan dan kelebihannya sendiri.
Lewat perjalanan kita akan sadar bahwa manusia di belahan dunia manapun ternyata tidak terlalu berbeda. Terlepas dari perbedaan bahasa ibu, kita tetap bicara dengan bahasa serupa dalam kasih, niat baik dan cinta. Bagi pejalan, dunia tidak lagi terasa asing dan menakutkan.
Lewat perjalanan kita akan mengetahui bahwa konsep diri tidak akan pernah berhenti diciptakan. Diri kita yang sekarang bisa saja berubah dan berkembang. Kita yang sebelum memulai perjalanan tidak suka kegiatan outdoor justru bisa jatuh cinta pada snorkeling setelah tinggal di Derawan selama dua minggu. Kegemaran, preferensi dan nilai yang kita anut ternyata tidak saklek. Selalu ada ruang untuk perubahan yang tersedia dalam diri kita.
Selepas perjalanan yang mengubah banyak hal dalam hidup, konsep kita tentang “pulang” dan “rumah” juga akan ikut bergeser. Rumah bagi kita bukan lagi hanya kota kelahiran atau tempat dimana orang tua kita tinggal. Ada tempat dan orang-orang lain di belahan dunia sana yang juga bisa membuat kita merasa kembali.
Inilah harga yang harus dibayar dari sebuah perjalanan yang memberikan banyak nilai untuk hidup kita. Separuh hati dan kehidupan kita akan terus tertinggal di tempat yang kita kunjungi. Ada suara dalam diri kita yang akan terus memanggil untuk kembali ke tempat-tempat itu.
Ada hal-hal yang tidak akan lagi sama selepas kita kembali ke tempat asal. Kkta jadi lebih kritis memandang masyarakat dan interaksi di sekitar kita. Ide-idemu jadi lebih liar, keyakinan dan prinsip yang kita anut pun makin kuat. Perjalanan ternyata mengubah kita dalam waktu singkat.
Banyak orang akan menganggapmu aneh dan nyinyir. Proses menyesuaikan diri kembali memang tidak pernah mudah. Tapi yakinlah, kini kita sudah dalam proses untuk berkembang jadi pribadi yang lebih baik. Perjalanan bukan pecundang yang hanya mengambil waktu dan tabungan kita tanpa pernah mengajarkan kita sesuatu.

Source: hipwee.com (editing)