Wednesday, December 1, 2010

Cina pada Era 1980 dan 1990-an


Karisma Deng semakin meningkat setelah is merehabilitasi orang-orang yang ditindas oleh rezim Mao serta Kelompok Empat. la melakukan pula sikap berlawanan yang tegas terhadap pemimpin-pemimpin partai garis keras yang mendukung Revolusi Kebudayaan dahulu. Sementara itu, is juga menempatkan kaum muda pada posisi-posisi puncak agar dapat memberikan wawasan segar bagi kemajuan sosial dan ekonomi negara. Semasa pemerintahannya, pengaruh-pengaruh pikiran Mao (yang menjadi satu-satunya standar kebenaran hingga saat itu) secara bertahap mulai ditinggalkan. Deng berharap agar China dapat menjadi bangsa yang maju pada sekitar tahun 2000-an. Perbedaan pendapat secara terbatas mulai diizinkan, namun sikap yang terlalu menentang pemerintah masih belum dapat ditoleransi.
Nama Liu Shaoqi, yang telah didiskreditkan bersama dengan dirinya karena menentang Mao, kini dipulihkan kehormatannya. Pada tanggal 17 Mei 1980, suatu upacara nasional mengenang Liu diselenggara­kan dan ia dipuji sebagai pejuang rakyat sejati. Peristiwa ini dipandang sebagai kutukan terhadap Revolusi Kebudayaan serta kecaman terhadap kelemahan Mao – yang semenjak saat itu mengalami demistifikasi atau tidak diagung-agungkan lagi laksana dewa.
Beberapa gebrakan dilakukannya demi memajukan China. Langkah yang diambil Deng itu disebut dengan Empat Modernisasi yang meliputi pertanian, industri, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pertahanan nasional. Empat Modernisasi itu telah dijadikan sebagai konstitusi partai, sehingga akan tetap dijalankan kendati terjadi pergantian kepemimpinan.
1.      Rencana Sepuluh Tahun
Pada sesi pertama Kongres Kelima Rakyat Nasional (Fifth National People's Conggress) bulan Februari 1978, Hua mengemukakan rencananya mengenai progam modernisasi sepuluh tahunan yang sedianya berlangsung antara tahun 1976 – 1905. Karena dua tahun telah berlalu, rencana itu sesungguhnya hanya berlangsung 8 tahun. Ada empat sektor yang dicakup dalam rencana ini, yakni sektor industri; pertanian, ilmu pengetahuan, dan militer.
Produksi baja yang merosot dalam kurun waktu usaha perebutan kekuasaan oleh Kelompok Empat (21 juta ton) dicanangkan untuk mencapai 60 juta ton pada tahun 1985. Selain itu, penambangan minyak juga akan digalakkan dengan pembangunan ladang-ladang minyak baru. Sementara itu, target dalam bidang pertanian adalah:
(1)           Laju peningkatan produksi pertanian kotor sebesar 4 – 5% setiap tahunnya.
(2)           Produksi pangan sebesar 400 juta ton pada tahun 1986.
(3)           Mekanisasi 85% kegiatan pertanian utama.
(4)           Meningkatkan fasilitas pengairan.
(5)           Pengembangan daerah-daerah basis komoditas dan pangan di seantero negeri.
Modernisasi dalam bidang ilmu pengetahuan juga menjadi perhatian utama. Jumlah periset dalam berbagai bidang akan ditingkatkan menjadi 800.000 orang. Diharapkan pada tahun 1985, China hanya akan rertinggal selama sepuluh tahun dibandingkan negara-negara maju dunia dalam bidang sains. Kendati memiliki angkatan senjata terbesar di dunia, teknologi yang dimiliki tertinggal sejauh 20-30 tahun dibandingkan Barat. Inilah yang menyebabkan mengapa bidang kemiliteran juga diutamakan. Karena pembelian persenjataan akan memakan biaya banyak serta mengakibatkan ketergantungan pada negara lain, modernisasi persenjataan ini dilakukan secara selektif.

2.      Revolusi Agraria dan Industri serta Politik Pintu Terbuka
Untuk merangsang peningkatan produksi pertanian, pemerintah mengeluarkarn kebijaksanaan yang disebut Sistem Tanggung Jawab (baogan daohu). Para petani diberi tanggung jawab mengolah tanah negara dan hasilnya akan dibagi antara negara dan rakyat. Bagian yang menjadi hak petani boleh dijual di pasar bebas. Mereka diberi kebehasan dalam melakukan proses penanaman mulai dari awal hingga akhir. Dengan dcmikian, kendali kctat negara semasa pemerintahan Mao makin diperlonggar. Hal ini malah mendongkrak hasil pertanian. Kerja di ladang hanya membutuhkan waktu 60 hari setahun, dibandingkan dengan 250 – 300 hari semasa Mao. Waktu yang tidak dipergunakan untuk mengolah ladang itu dipergunakan bagi kegiatan lainnya yang mendatangkan profit. Karena itu, kemakmuran menjadi meningkat. Rumah bata, televisi, dan mebel baru mulai menghiasi tempat kediaman rakyat.

Tabel Peningkatan Berbagai Hasil Produksi Pertanian

1952
1957
1965
1978
1980
1984
1987
Gandum
163,42
195,05
194,53
304,77
320,56
407,31
402,41
Kapas
1,30
1,64
2,09
2,16
2,07
6,25
4,19
Tumbuhan penghasil minyak
4,19
4,19
3,62
5,21
7,69
11.91
15,25
Tebu
7,11
10,39
13,39
21,11
22,80
39,51
46,85
Sumber: Xue Muqiao (editor), Almanac of China's Economy, 1985/86 (Hongkong, 1986), hlm. 19; State Statistical Bureau Figures, 23 Februari 1988, Beijing Review , 7-13 Maret 1988.
Sebelumnya, para pekerja sektor industri diberikan gaji yang sama terlepas dari jenis pekerjaan serta kinerja mereka (sebagaimana yang umum di negara-negara komunis). Akibatnya, tidak ada semangat untuk meningkatkan baik kualitas ataupun kuantitas produksi. Mirip dengan reformasi pada bidang pertanian, para pekerja diberi insentif untuk meningkatkan produksinya. Jika ternyata keuntungan perusahaan melebihi yang ditetapkan negara, kelebihan itu menjadi hak pekerja dan diberikan dalam bentuk bonus, tunjangan, serta pembiayaan bagi inovasi di perusahaan itu. Selain itu, ditetapkan pula bahwa pekerja yang bekerja lebih keras serta terampil akan memperoleh hasil lebih pula. Pada era tahun 1980-an, sejumlah 6.600 perusahaan negara telah menerapkan sistem ini. Selanjutnya, sistem ini makin disempurnakan lagi pada kurun waktu 1981-1982, sehingga memungkinkan perolehan yang lebih besar lagi bagi kaum pekerja.
Berdasarkan kebijaksanaan lama, para pekerja tidak dapat dipecat dari pekerjaan mereka selama seumur hidup. Bila terjadi perselisihan, kepala pabrik yang diangkat negara biasanya dipindah-tugaskan. Kini kepala pabrik memiliki hak untuk memecat pekerja serta menentukan besar-kecilnya upah atau bonus anak buahnya. Masing-masing perusahaan negara kini diberi hak untuk menentukan sendiri harga prodaksinya (sebelumnya, harga barang hasil produksi ditetapkan sepenuhnya negara), tetapi masih dalam batasan-batasan (range) yang ditentukan pemerintah. Gebrakan baru ini berhasil melambungkan industri China.

Tabel Peningkatan Berbagai Hasil

1952
1957
1965
1978
1981
1984
1987
Batu bara
(dalam 100 juta ton)
0,6
1,31
2,36
6,18
6,22
7,89
9,20
Minyak mentah
(dalam 1juta ton)
0,14
1,46
11,31
104,05
101,22
114,61
134
Gas alam (dalam 100 juta meter kubik)
0,08
0,7
11
137,30
127,40
124,30
140,15
Tenaga listrik (dalam milyar kwh)
7,3
19,3
67,6
256,6
309,3
377
496
Baja gulungan
(dalam jutaan ton)
1,06
4,15
8,81
22,08
26,70
33,72
43,91
Baja (dalam jutaan ton)
1,35
5,35
12,23
31,78
35,60
43,47
56,02
Basi (dalam jutaan ton)
1,93
5,94
10,77
34,79
34,17
40,01
54,33
Sumber: Almanac 26 State Statistical Bureau; 23 Februari 1988, , Beijing Review , 7-13 Maret 1988. Monthly Bulletin of Statistics, China, Maret 1988

Dalam dekade pertamanya (1949-1959), Republik Rakyat China hanya menjalin hubungan dcngan Uni Soviet dan negara-negara satelitnya. Tidak ada hubungan dagang antara China dan Amerika Serikat ataupun negara-negara Barat lainnya. Ketika hubungan antara China dan Uni Soviet makin memburuk pada tahun 1960-an, China makin terkucil dari dunia luar dan menganggap Uni Soviet maupun Amerika Serika sebagai musuh. Dengan wafatnya Mao, pucuk pimpinan China yang kini dipegang kaum moderat dan pragmatis menyadari bahwa keterasingan semacam itu hanya akan membawa kerugian dan keterbelakangan saja. Agar maju, China memerlukan transfer teknologi asing. Inilah yang mendorong China keluar dari isolasinya dan membina hubungan dalam berbagai bidang dengan Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman Barat. Politik semacam ini disebut dengan Politik Pintu Terbuka yang memberi kesempatan bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di China. Zona-zona ekonomi khusus dibuka pada tahun 1979, seperti Shenzhen, Chuhai, Swatc, dan Xiamen sebagai tempat investasi asing. Kebijaksanaan ini ikut mendongkrak kemajuan ekonomi China.

3.    Peristiwa Tiananmen
Politik Pintu Terbuka juga memberi kesempatan bagi masuknya pemikiran-pemikiran dan budaya asing, termasuk demokrasi Barat. Ini menjadikan kaum mahasiswa makin kritis terhadap pemerintah. Mereka mulai tergerak untuk memprotes berbagai kebijaksanaan pemerintah. Rangkaian demonstrasi mahasiswa yang mengguncangkan dunia ini diawali pada bulan Desember 1986, ketika secara serentak terjadi demonstrasi di 15 kota besar China. Tuntutan para mahasiswa adalah kebebasan berpolitik yang lebih besar di China.
Pencetus demonstrasi ini adalah mahasiswa Chinese University of Science and Technology di kota Hefei, Provinsi Anhui. Mereka menuntut demokratisasi serta sistem pemerintahan yang bebas. Dengan segera para mahasiswa dua universitas lainnya di wilayah tersebut, Anhui University dan Hefei Institute of Technology, ikut bergabung dengan tuntutan yang sama. Pada tanggal 5 Desember 1986, sejumlah 3.000 mahasiswa berbaris menuju gedung pemerintahan setempat. Ada tiga tuntutan utama yang mereka kemukakan: pemilihan umum yang demokrasi, kemerdekaan pers dan berorganisasi serta izin bagi media massa untuk meliput protes mereka. Lebih jauh lagi, para mahasiwa itu menuntut agar diizinkan membentuk Democratic Alliance of All Students af Higher Learning (Aliansi Demokrasi Seluruh Mahasiswa Perguruan Tinggi). Mereka terus-menerus menyanyikan, “Kami menghendaki demokrasi. Kami menghendaki kebebasan. Kami menghendaki kebebasan pers. Tanpa demokrasi tidak akan ada modernisasi.” Mahasiswa di Shanghai ikut bersimpati terhadap gerakan itu. Pada tanggal 19 Desember 1986, 30.000 mahasiswa dengan disertai 100.000 pekerja berbaris bersama menuju ke gedung pemerintahan setempat. Ini rnerupakan gelombang protes tertinggi. Di Beijing, 4.000 mahasiswa bergerak menuju Lapangan Tiananmen dan membakar bundelan surat kabar yang menjadi corong partai, Peking Daily.
Petinggi partai masih belum menyepakati tindakan apa yang seharusnya diambil. Anggota partai yang lebih konservatif menghendaki agar demonstrasi itu ditindak dengan kekerasan. Namun Hu Yaobang, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tionghoa, menghendaki pendekatan yang lebih lunak. la berpendapat bahwa para mahasiswa itu dapat diarahkan menuju satu tujuan yang sama. Penanganan secara manusiawi oleh Hu menjadikan anggota konservatif partai tidak sabar dan memecatnya dari kedudukannya. Mereka mengecam liberalisme Barat sebagai dalang di balik semua ini yang telah meracuni pemikirarn para pemuda China.
Meninggalnya Hu Yaobang secara mendadak pada tanggal 15 April 1989 memicu gelombang protes mahasiswa yang lebih besar. Terlebih lagi, sebelum meninggal ia telah dipaksa mengakui kesalahan-kesalahannya oleh anggota partai garis keras. Para mahasiswa menggunakan kesempatarn ini untuk mengenang Hu yang pro-mahasiswa serta mengumandangkan kembali tuntutan-tuntutan mereka. Mulanya demonstrasi hanya timbul dalam skala kecil saja sebagai tanda ikut berbela-sungkawa atas meninggalnya Hu serta menuntut agar pemerintah merehabilitasi namanya. Pada saat pemakaman Hu, para mahasiswa berkumpul di Lapangan Tiananmen, dengan tujuan dapat berjumpa dengan Li Peng, yang saat itu dipandang sebagai rival politik Hu, namun gagal. Oleh karenanya, para mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Beijing menyerukan pemogokan massal.
Harian People's Daily yang dikuasai pemerintah pada tanggal 26 April mengeluarkan artikel yang menyatakan bahwa para mahasiswa itu sedang merencanakan kerusuhan. Hal ini memicu amarah mahasiswa. Sebagai akibatnya, 50.000 mahasiswa turun ke jalan pada tcngga1 29 April dan menuntut pemerintah agar mcnarik kembali pernyataan itu. Lebih jauh lagi, mereka menuntut agar pemerintah melepaskan kendalinya atas organisasi kemahasiswaan. Akhirnya, hal-hal yang dituntut para mahasiswa berkemban pula ke masalah korupsi dan kebebasan pers. Bcrbeda dengan demonstrasi mahasiswa tahun-tahun sebelumnya yang didominasi oleh kalangan intelektual, kini kaum pekerja daerah perkotaan ikut mendukung mercka. di mana isu korupsi adalah faktor pemersatu yang erat bagi keduanya.
Gelombang protes scmakin menghebat tatkala 100.000 orang yang terdiri dari mahasiswa dan penduduk sipil turun ke jalan bersama-sama secara serempak pada tanggal 4 Mei. Mereka menuntut diadakan dialog antara pemerintah dengan mahasiswa. Namun, para petinggi partai komunis menolak pembicaraan dalam bentuk apa pun. Sembilan hari kemudian, sejumlah besar mahasiswa menduduki Lapangan Tiananmen serta bertekad melakukan mogok makan hingga pemerintah mengabulkan tuntutan mereka akan demokrasi. Sebagai tanda solidaritas, mahasiswa dari kota lain ikut bergabung dengan mereka.
Menyaksikan gelombang protes yang semakirn besar itu, para petinggi partai komunis terpecah kembali menjadi dua kubu. Kubu pertama menghendaki penyelesaian masalah secara damai yang diwakili oleh Sekretaris Jenderal Partai Komunis China, Zhao Ziyang; sedangkan kubu lainnya menghendaki penindakan secara kekcrasan yang diwakili oleh Li Peng. Zhao berusaha membujuk para mahasiswa itu agar menghentikan demonstrasi dan kembali belajar saja, tetapi gagal. Akhirnya, pemerintah menyatakan bahwa negara sedang berada dalam keadaan darurat pada tanggal 20 Mei, namun para mahasiswa masih saja melanjutkan demonstrasi dan aksi mogok makannya.
Untuk mencegah agar gelombang demonstrasi tidak semakin meluas, pcmerintah memutuskan untuk menindasnya dengan kekerasan setelah sebclumnya menyingkirkan Zhao Ziyang yang dipandang bersikap terlalu lunak. Tentara ke-27 dan ke-28 dikirim ke Beijing beserta dengan kendaraan lapis bajanya untuk memadamkan dcmonstrasi. Rakyat yang mendukung aksi mahasiswa membangun blokade-blokade di dalam kota sehingga memperlambat laju kendaraan lapis baja. Bentrokan pecah antara tentara dan demonstran, di mana mereka menembaki para pengunjuk rasa yang tidak bersenjata. Baku hantam ini mengakibatkan tewasnya ratusan orang serta ribuan lagi luka-luka. Meskipun demikian, jumlahnya bervariasi. Walikota Beijing, Chen Xitong, menyatakan bahwa jumlah korban yang tewas adalah 200 orang dan selain itu 3000 warga sipil serta 6.000 prajurit mengalami luka-luka. Komite Otonomi Universitas Tsinghua menyatakan bahwa korban tewas sejumlah 4.000 orang, sementara 30.000 lainnya mengalami luka-luka.
Setelah penindasan aksi protes secara kejam pada tanggal 4 Juni 1989 itu, pemerintah Republik Rakyat China menuai kecaman dari dalam dan luar negeri. Warga Hongkong, Shanghai, dan Kanton ikut menyatakan penyesalannya atas kebrutalan tersebut. Bahkan, rakyat Hongkong hingga saat ini masih menyalakan lilin setiap tahunnya sebagai peringatan terhadap tragedi Tiananmen. Meskipun demikian, kemajuan reformasi ekonomi dalam era 1990-an memulihkan kembali dukungan rakyat terhadap pemerintah yang sempat memudar setelah Peristiwa Tiananmen. Apalagi para petinggi partai sekarang tidak lagi didominasi oleh tokoh garis keras yang mencanangkan penindasan secara brutal terhadap gerakan mahasiswa. Sebagai dampak tragedi ini, Amerika Serikat dan Uni Eropa menerapkan embargo penjualan senjata ke China hingga saat ini, kendati pemerintah China berusaha agar embargo itu dicabut.

No comments:

Post a Comment