Friday, September 12, 2014

Kecanduan Video Game

Ini adalah sebuah potret kehidupan masyarakat yang dalam kesehariannya acap kali kita jumpai. Seorang fotografer profesional mengabadikan sebuah sudut kota besar ini : beberapa televisi berderet yg digunakan untuk usaha video game sewaan dan pelanggannya dari mulai anak2 sampai remaja. Sepulang sekolah tidak langsung pulang tapi malah asyik bermain PS sewaan nyaris tanpa mengenal waktu. Sebagiannya lagi bolos sekolah untuk memenuhi hasrat ketagihan bermain video game tsb. Mereka tampak 'khusyu' di depan layar monitor televisi, sekali sekali diselingi tawa gembira dan celoteh senang karena mendapat skor tertinggi. Untuk semua "kegembiaraan" itu, mereka membayar sekitar 3.000 sd 5000 perak per jam kepada pengelola jasa video game sewaan.
Sesungguhnya anak2 itu dalam ancaman bahaya ketagihan bermain video game, termasuk anak2 di dalam keluarga yg menyediakan video game sendiri di rumah.
Menurut penelitian yang pernah dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics—yang antara lain dilakukan di Seattle Children’s Research Institute (2011), Iowa State University (2010), dan Stanford University School of Medicine (2009), kebanyakan main game bisa mengganggu proses tumbuh kembang anak, antara lain berupa :
● Masalah sosialisasi.
Berhubung lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain dengan mesin (bukan manusia), si pra remaja bisa merasa canggung dan kurang nyaman kala datang kesempatan untuk bergaul dengan temannya.
● Masalah komunikasi.
Kegiatan berkomunikasi bukan sebatas berbicara dan mendengarkan kalimat yang terucap, tetapi juga membaca ekspresi lawan bicara. Anak yang kurang sering bersosialisasi biasanya kesulitan melakukan hal ini.
● Mengikis empati.
Seringkali anak menyukai jenis game yang melibatkan kekerasan, seperti perang-perangan, martial art, dan sebagainya. Efek samping dari memainkan jenis game ini adalah terpicunya agresivitas anak dan terkikisnya empati si kecil terhadap orang lain.
● Gangguan motorik.
Tubuh yang kurang aktif bergerak akan mengurangi kesempatan anak untuk melatih kemampuan motoriknya. Risikonya, anak bisa terserang obesitas dan pertumbuhan tinggi badannya tidak maksimal.
● Gangguan kesehatan. Menatap layar video games secara konstan dalam waktu lama bisa mencetus serangan sakit kepala, nyeri leher, gangguan tidur, dan gangguan penglihatan.
Satu hal lagi : keasyikan atau kecanduan main video game membuat waktu untuk belajar di rumah menjadi berkurang. Anakpun tidak bisa fokus/konsentrasi belajar, terbayang bayang terus oleh asyiknya bermain video game, apalagi bila merasa penasaran atau tertantang dgn skore game tsb. Akibatnya : prestasi belajar di sekolahpun menurun.
Bagaimana sebaiknya ?
Kita menyadari video game adalah produk teknologi yg tidak terelakkan menyambangi keluarga kita. Karenanya beberapa tips ini baiknya diketahui oleh para orang tua.
Ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk membantu anak menghindari bahaya video game, antara lain:
 Batasi waktu bermain video games. Maksimal 2 jam sehari dan hanya akhir pekan.
 Awasi ketika anak bermain agar si kecil tidak meniru hal-hal buruk yang mungkin ada di video games.
 Pastikan kita memilihkan jenis permainan yang edukatif dan sesuai dengan usia anak.
 Jangan letakkan perangkat video game di kamar anak.
 Letakkan perangkat video game di ruang keluarga agar kita tetap bisa mengawasi si kecil.
 Berikan pemahaman pada anak bahwa dalam kehidupan nyata tidak seperti yang digambarkan dalam permainan video tsb.
(Sumber: dr. M.Muchlis)

No comments:

Post a Comment