Thursday, August 11, 2016

TAMYIIZ

Banyak orang bertanya, kapan sebaiknya kita menyiapkan anak untuk menghadapi masa pubertas? Jawaban simple saya adalah, ketika anak ada pada usia tamyiiz.
 
Apa itu tamyiiz?
 
Tamyiiz secara bahasa berarti memilih, dan secara istilah yaitu masa di mana anak sudah bisa membedakan dan berkomunikasi dengan jelas antara sesama atau dengan orang dewasa. Tidak ada umur tertentu dalam tamyiiz, tapi kebanyakan mulai usia 7 tahun, bahkan menurut Ibnu Qayyim al Jauziyyah ada juga yang mulai fase tamyiiz di usia 5 tahun.
 
Dalam usia tamyiiz inilah seorang anak sudah diajarkan untuk shalat, dan ketika sel-sel otak sudah lebih tersambungkan di usia 10 tahun anak-anak sudah mulai diberikan corrective action ketika mulai mulai melalaikan shalat.
 
Di masa tamyiiz, anak-anak sudah menjadi manusia yang hampir sempurna karena, apalagi dengan kemajuan teknologi yang membuat pengetahuan lebih accessible, perkembangan kognitif anak pun lebih cepat dari generasi sebelumnya. Mumayyiz, istilah untuk anak yang masuk masa tamyiz, dikatakan hampir sempurna karena organ seksual mereka belum tumbuh sebagai orang dewasa, atau dengan kata lain belum melalui masa pubertas atau baligh.
 
Menangani masa tamyiiz, ada selalu ada dua group ekstrim orang tua, group pertama adalah orang tua yang menganggap anak sudah sempurna dan bisa ditinggalkan begitu saja tanpa pengawasan, karena mengira bahwa anak sudah bisa memilih sendiri mana yang baik mana yang buruk. Group ekstrim ke dua adalah orang yang masih menganggap mereka anak-anak yang tidak tahu apa-apa dan tidak akan ingat apa–apa, sehingga masih diperlakukan seperti anak-anak balita.
 
Kelompok mumayyiz ini sejatinya adalah kelompok umur yang sangat penting, karena apa yang mereka alami saat ini akan memengaruhi masa depan mereka. Bahkan para ahli fiqh terdahulu banyak memasukkan perdebatan tentang konsekwensi hukum Islam bagi mumayyiz dalam banyak hal, diantara adalah hukum berimam shalat dengan mumayyiz, hukum Islam dan murtadnya mumayyiz, hukum klaim mumayyiz yang mengaku melihat bulan awal Ramadhan dan masih banyak lagi. Dalam kesempatan ini ada beberapa catatan bagi orang tua anak yang sudah menginjak usia tamyiiz. 
 
Pertama: Walaupun cara berfikir dan komunikasi yang mulai nyambung dengan orang dewasa, anak-anak mumayyiz masih perlu diberikan pengawasan dan bimbingan. Jangan pernah bosan untuk mengingatkan, jangan lupa untuk memberikan anak waktu untuk bisa mengungkapkan perasaannya, dan tunjukkan bahwa anda menerima perasaannya. 
 
Kedua: Hindari berbohong dengan anak mumayyiz, karena akan berdampak negatif kepada anak, selain mendidiknya menjadi seorang pembohong, juga karena sesungguhnya anak akan mendapatkan jawaban yang ia tanyakan cepat atau lambat, dan pada saat ia menemukan anda berbohong sangat sulit untuk mendapatkan kepercayaan anak kembali.
 
Ketiga: Anak usia tamyiiz membutuhkan banyak waktu untuk ekplorasi bermain di luar rumah bersama teman-teman, untuk itu, lingkungan yang steril bagi sangat mereka perlukan agar tidak terpengaruh dengan tekanan lingkungan.
 
Keempat: Anak mumayyiz sudah bisa membedakan aurat lelaki dan perempuan, karena itu jangan pernah memakai pakaian minim di rumah. Di samping itu, Al Qur’an mengajarkan bahwa anak yang sudah masuk masa tamyiiz harus diajarkan untuk menghormati privasi kedua orang tua mereka dengan cara meminta izin ketika memasuki kamar orang tua di tiga waktu: setelah isya’, sebelum shubuh dan setelah zhuhur (Annur:58). Untuk itu, seorang ibu sepatutnya menjauhi memakai pakaian yang minim di hadapan anak lelaki yang sudah masuk usia tamyiiz, dan sebaliknya juga ayah harus menjaga auratnya di hadapan anak perempuannya yang masuk usia tamyiiz.
 
Kelima: Di usia inilah pengetahuan tentang pubertas sudah bisa diperkenalkan, tentunya orang tua harus menambah wawasan tentang pubertas dan konsekuensinya. Tentunya dengan porsi yang sesuai dan berkelanjutan. 
 
Insya Allah, seandainya kita persiapkan anak-anak kita untuk menghadapi pubertas dengan baik, maka mereka akan mengarungi dunia dewasa tanpa turbulensi sehingga mampu menjadi seorang mukallaf yang bertanggung jawab.


No comments:

Post a Comment