Thursday, August 11, 2016

Direct Breast Feeding for Hope

Nameste,, ah ingin menyapa pagi ini ala-ala India, bukan karena saya penggemar Uttaran sih, tetapi supaya lebih powerfull menghadapi Senin ini yang lumayan menguras tenaga karena harus back to work

Iyah, saya adalah working mom, mengajar di sebuah sekolah swasta di suatu daerah di Kalimantan Selatan dengan waktu bekerja hampir 10 jam setiap harinya. Fiuh, melebihi PNS yah :D

Sebenarnya, ini bukan kali pertama, saya menyusui atau breastfeeding. Anak saya yang pertama, Gaza, Alhamdulillah lulus S3 ASI meskipun tidak sampai betul-betul pas pada usia dua tahun. 

Waktu menyapihnya pun saya Weaning With Love (WWL) karena waktu itu saya (tidak sadar) ternyata telah hamil 5 minggu. Barangkali rasa ASI-nya sudah lain, jadi perlahan, Gaza berhenti ngASIdengan sendirinya.

Nah, anak saya yang kedua, Hope (iyah namanya memang Hope asli sesuai akta kelahiran :D) memang agak unik karena hanya mau ngASI langsung dari ‘pabrik’nya. Uhm, apa yah istilahnya, Direct Breast Feeding kali yah hehehe 

Berkat keunikan Hope inilah, Mama Endut-nya (panggilan anak-anak kepada saya) sampai habut (kalang kabut) mencari cara untuk tetap dapat eksklusif menyusui tanpa mengganggu pekerjaan. 

Di tengah ke-habut-an dan masa kepepet itulah, Tuhan mengirimkan wahyuNya. Muncullah ide untuk minta izin untuk ngASI setiap istirahat makan siang, karena hanya satu waktu itulah yang paling representative selama all day long bekerja. Tentu saja, saya mohon restu dulu sama Babah (suamiku).

Alhamdulillah, setelah berdiskusi singkat, Babah yang juga Ayah ASI support banget dan tetap harus berhati-hati ketika sedang on the way.

Pagi itu juga, saya bergegas untuk membuat surat izin dan langsung ‘menodong’ atasan dan HRD. Alhamdulillah, rezeki anak sholeh. Yah, walaupun hanya dapat satu jam izin pulang untuk ngASI sih, tapi itu sudah Alhamdulillah banget. 

Jadilah, mulai siang hari itu juga, saya mengawali hari baru di siang bolong berjibaku dengan panas yang menggantang. Awalnya, sungguh capek rasanya, badan pegal-pegal semua. 

Namun, begitu tiba di rumah disambut dengan tawa riang anak-anak, letih dan panas itu sirnalah sudah. Sungguh tak berasa sedikitpun. Subhanallah…. 

Bukan tanpa alasan, rutinitas yang belakangan jadi hobi ini, tentu saja memiliki kisah tersendiri.

Ceritanya, kurang lebih satu bulan setelah melahirkan, saya coba untuk memerah ASI sebagai persiapan ketika nanti kembali bekerja pasca cuti melahirkan. 

Entahlah, setiap kali memerah ASI, baik waktu anak pertama dan anak kedua hasilnya pasti tidak terlalu banyak, padahal ASI saya melimpah ruah sampai banjir meskipun sudah menggunakan breast pad

Beberapa kali memerah ASI dan mencoba menyuapi Hope dengan berbagai metode, mulai dari cup feeder, sendok, dan bahkan dot, tetapi Hope-ku, lagaknya hanya mencicip saja tidak mau sama sekali. 

Tak hanya itu, Hope pun bisa melakukan gerakan penolakan dengan tangan mungilya--ditampel kalo kata orang Jawa--disertai mimik wajah masam pertanda bahwa ASIP itu tidak enak rasanya. 

Sempat frustasi ketika belum menemukan cara bagaimana mengatasi hal ini, hingga pada akhirnya menemukan ‘resep jitu’ itu. 

Alhamdulillah, hobi baru ini masih saya geluti sampai hari ini. Bismillah.. semangat menjadi pejuang ASI, meskipun sudah pernah terjatuh dari motor demi Direct Breast Feeding  for Hope

Saya selalu percaya, Tuhan selalu menyertai dan melindungi hambaNya yang sedang berjuang untuk melakukan hal mulia ini.

Apa yang saya lakukan ini, hanyalah secuil kisah dari para ibu-ibu pejuang ASI lainnya yang pasti lebih hebat dan tangguh. 

Semoga Hope ngASI sampi S3 yah.. Aamiin….

Semoga lebih banyak ibu-ibu yang lebih aware tentang Brest Feeding \(^_^)/ \(^_^)/ \(^_^)/






No comments:

Post a Comment