Friday, June 8, 2012

Inlander

Dalam sejarah kolonial mungkin hanya penguasa kolonial Belanda yang membatasi penggunaan "bahasa penjajah" oleh orang pribumi. Mungkin ini yang menjelaskan kenapa kita, 17 tahun sebelum merdeka, sudah punya bahasa sendiri; tak sama dengan negara-negara tetangga seperti India, Malaysia, Filipina, atau Kamboja yang sampai hari ini memakai "bahasa penjajah". Bahasa Melayu, yang merupakan dasar dari bahasa Indonesia kini, dikuasai oleh lebih banyak orang, terutama golongan terpelajar. Pada akhir 1925 saja tercatat ada sekitar 200 surat kabar di Hindia Belanda yang memakai bahasa Melayu. Bandingkan dengan sensus tahun 1930 yang melaporkan hanya 0,3 persen dari orang pribumi (penduduk pribumi ini merupakan 97 persen dari seluruh populasi penduduk Hindia-Belanda pada waktu itu) yang bisa berbahasa Belanda. Tampaknya ada politik pemisahan (apartheid, kata dalam bahasa Belanda ini tak pernah dipakai oleh pemerintah Hindia-Belanda melainkan lebih dikenal di Afrika Selatan): bahasa yang dipakai oleh kaum nederlanders tak boleh diucapkan oleh mulut kaum inlanders yang bau durian atau petai itu..

No comments:

Post a Comment