Saturday, November 12, 2016

Tragedi Kecapi

Jadi, ceritanya Minggu lalu saya ke pasar Anjir setelah hampir setahun pindah rumah tidak kesana. Motivasinya sederhana ingin beli buah dan sayur karena di pasar Anjir terbilang super murah dan dapat banyak, terlebih yang jualan rata-rata orang Jawa yang lama transmigrasi ke Kalimantan. 

Minggu itu agak beda karena saya membawa krucil-krucil yang tidak bisa ditinggal. Sambil gendong Timi saya keliling mencari tomat, nangka, dan sirsak sesuai request Babah. 

Setelah mengelilingi seluruh pasar, iyah semua area pasar saya telusuri tidak ada satu pun yang jualan nangka. Amang bilang lagi tidak musim dan jarang laku kalaupun berjualan nangka. Okay, jadilah beli tomat buah setengah kilo karena lagi mehong hiks

Berikutnya, karena hanya ada satu acil yang berjualan sirsak itupun masih mentah, saya pun terpaksa beli dengan harapan dua hari setelah di-param sirsak akan matang dengan sempurna. 

Dalam perjalanan pulang, mata saya tertuju dengan buah kuning yang banyak dijual orang hari itu. Yup, kecapi. Buah khas Kalimantan yang kulitnya kuning agak berbulu, keras, dan asam rasanya. Namun, bukan buah kecapi yang disusun model segitiga, tetapi hanya sebiji buah kecapi teroggok di sudut tiang tempat acil berjualan gumbili (singkong). Hati saya galau seketika saat itu. Satu sisi menyuruh mengabaikan, sisi lainnya mendorong untuk mengambilnya. Eman, bisiknya lirih.

Entahlah, rupanya keinginan untuk mengambil kecapi tunggal itu ternyata lebih kuat. Spontan saya berbalik arah menuju tempat kecapi tunggal dan memungutnya begitu saja, tanpa babebo dengan acil atau pembeli lainnya. Dan, pluk, kecapi mendarat di tas belanja bergumul dengan sirsak mentah, tomat, dan kerupuk. 

Sesampai di rumah, kecapi saya belah dan hanya saya yang mencicipi. Babah dan krucil-krucil gak ada yang ngincip secuilpun. Kecapi sisa sebelah, karena tidak ada yang berminat saya simpan setengahnya di kulkas. 

Minggu itu, kami quality time seperti biasa. Bermain dan bercanda sambil makan kenyang sekeluarga. Subhanallah.... 
Alhamdulillah....


Tibalah Senin, seperti biasa saya dan Babah puasa. Scary Monday diawali dengan bangun kesiangan. Jadi gelabakan karena belum menyiapkan makan untuk Tomo dan Timi. Buru-buru saya pun berangkat ngantor. 

Di kantor, entahlah rasanya tiba-tiba badmood. Jadi malas bicara, akhirnya saya pake masker dan berusaha fokus pada pekerjaan. Tetapi, tetap saja namanya sudah badmood bisa seharian ini kalau sampai tidak ada mood buster *fiuh

Siang harinya, tiba-tiba hujan deras sekali. Saya izin untuk membayar PDAM karena jika lewat dari tengah bulan akan dikenakan denda tiga kali lipat dari denda bulan sebelumnya. Meski sudah memakai jas hujan tetap saja basah kuyup karena ternyata jas hujannya bolong. Hahahahaha....

Sesampai di kantor, ketika akan mematikan motor, tba-tiba melihat kunci motor hanya tinggal talinya saja. Omigod, kemanakah gerangan kunci motor ini huhuhu.... Jadilah copot busi. Pulangnya, minta tolong teman untuk memasang busi kembali karena motor masih posisi on dan pulang dengan perasaan campur aduk.

Babah heran kenapa kunci bisa hilang, sembari mencoba mematikan motor dengan kunci seadanya di rumah. Saya bilang tidak tahu. Lalu kami mengasumsikan barangkali nyangkut jas hujan atau apalah, tapi memang kunci mitirnya sudah longgar jadi suka lepas sendiri. hari itu tapi pas apes sudah lepas kuncinya hilang jua. 

Sebenarnya ini kali kedua kunci motor ilang secara gaib. Kunci motor yang hilang ini adalah kunci serepnya, sednagkan yang hilang sebelumnya adalah kunci asli. Hilang di kantor dengan tetap meninggalkan tali kuncinya. 

Selasa penuh balada pun datang. Saya sudah PD karena kunci sudah beres berkat Babah, namun begitu mau menggunakan motor kunci macet sama sekali tidak bisa digunakan. Akhirnya saya izin telat ngantor karena Babah meyakinkan dapat memperbaiki kuncinya. 

Tik tok tik tok. Waktu berlalu dan kunci belum selesai. Akhirnya kami memustuskan meminjam motor tetangga untuk mencari atau memanggil tukang kunci. Tenyata motor yang dipinjami tetangga limit bahan bakar dan tukang kunci terdekat tidak bisa. Omigod, all is well.... 

Sembari mengumpulkan kesabaran, perlahan motor kami bawa ke bengkel untuk membongkar kunci baru kemudian ke tukang kunci. Sembari menunggu kunci jadi, saya membuat pengakuan kepada Babah tentang kecapi. Meskipun tidak ada hubungannya sebenarnya antara kejadian naas yang saya alami dengan buah kecapi yang seolah-olah saya tumbalkan, tetapi menjadi penting pada akhirnya karena kejadian ini memberikan saya banyak pelajaran.

Alhamdulillah sampai tengah hari selesai juga akhirnya dan saya bergegas menuju kantor.

So, pesan moralnya adalah jangan mudah tergiur untuk mengambil sesuatu yang bukan milik kita, meskipun itu adalah sesuatu yang sepele. 

*nyesekbanget

No comments:

Post a Comment