Friday, April 3, 2015

Flight to Jogja

Akhir Maret nan memesona tahun ini. Gahas Family mengadakan gathering di Jogja bertepatan dengan acara Wisuda adik Bungsu kami di UIN Sunan Kalijaga. Adik bungsu kami lulus berjamaah dengan suaminya, uniknya suaminya yang seorang hafidz Quran lulus dengan predikat cumlaude lulusan prodi Sejarah Kebudayaan Islam. Yeay congratulation yah,, barokallaah :)

Ceritanya aku ambil cuti satu hari kerja demi agenda ini dengan asumsi lebaran tidak dapat silaturahim dan kumpul dengan Bani Gahas di Pamekasan dan keluargaku di Bojonegoro. Ini pun mendadak sebenarnya, jadi agar tidak kehilangan moment saya ambil cuti. Jumat sore kami bernagkat dari Syamsoedin Noor airport menuju Adi Sucipto. FYI, ini adalah penerbangan kali pertama ke Jogja saat senja. Dalam penerbangan itu, aku membawa batita dan mendapat jatah kursi di samping jendela. Amboi, panoramanya indah sekali dari dalam kabin pesawat.

Cuaca begitu cerah sore itu, hingga aku dan Gaza dapat menikmati bongkahan awan putih yang menggantung anggun di langit seolah ringan seperti kapas. Perlahan, waktu mengantar senja kemudian berganti malam. Ketika, maghrib Gaza sudah tertidur pulas dalam pelukanku karena sebelum take off sengaja kami biarkan puas bermain. Sesekali kantuk juga menyerangku, tapi aku mencoba bertahan untuk tidak melewatkan kesempatan langka ini. 

Perlahan, awan-awan putih itu tidaba-toba tidak terlihat kemudian muncul seberkas sinar di ujung sana. Subhanallah, bahkan Venus pun terlihat begitu lebih jelas dari kabin pikirku. Awalnya hanya ada satu sinar dan benar-benar terlihat seperti Venus. Mataku berbinar-binar menceritakan itu kepada suamiku yang duduk disampingku. Suamiku, seperti biasa, responnya biasa saja tapi terlihat keningnya agak berkerut seperti sedang memikirkan sesuatu. Aku sedang larut dan tenggelam mengagumi ciptaan Tuhan dengan tak heti-hentinya mnegucap syukur. Hingga kemudian cahaya-cahay lainnya yang nampak seperti bintang bermunculan satu-satu. Daan, akupun jadi curiga jadi sebenarnya itu venus, bintang, atau cahaya lampu kapal yang sedang berlayar di laut Jawa.

Suamiku agaknya menangkap keraguanku dan sponta tertawa. hahahahaha. Cahaya-cahaya itu berpendar dengan cantiknya seperti gugusan-gugusan bintang. Sehingga tanpa sadar akupun terperdaya olehnya. Aku amati dengan jeli sekali lagi mencoba meyakinkan diriku sendiri sambil bertanya-tanya kenapa tidak terlihat pergerakannya kalau itu lampu kapal. Aha, terang saja burung besi itu terbang lebih kurang 35.000 ribu kaki dalam kondisi gelap. Lalu, perlahan lampu-lampu itu terlihat seperti berderet pertanda bahwa sudah mendekati garis pantai Laut Jawa. 

Untunglah, hanya aku dan suamiku yang tahu tentang rahasia seru ini. Tentu saja sambil berharap penumpang lain yang duduk di kursi depan dan belakangku tidak mendengarkan percakapan kami. Oia, waktu berangkat kami berbarengan dengan rombongan tim-tim dari angkatan darat setelah sehari sebelumnya megadakan pertemuan di gedung Sultan Surianyah, Banjarmasin.

Inilah salah satu hal mewah yang aku sukai dari setiap perjalananku. Hobi travelling selalu membawa banyak ilmu dan kenangan yang tiada tara dan tak terduga. Semoga ke depan diberikan kesempatan yang lebih baik lagi. Aamiin.

No comments:

Post a Comment