Ini kali adalah moment yang lucu sekaligus menengangkan buat saya, dan topiknya masih seputar bandara. So, jadi ada cerita berbeda dalam perjalanan saya kembali ke Borneo. Sehari setelah pernikahan adik ipar saya, besoknya saya langsung kembali beraktifitas karena jatah cuti sudah habis. Sebagaimana adat orang Madura, hampir mayoritas setiap moment pernikahan makanan khas yang disajikan sebagai menu utama adalah sate dan gulai kambing. Saya yang tidak terlalu suka daging kambing sengaja tidak makan satenya, tetapi tetap menikmati gulai kambingnya dengan sambal ekstra hot khas Madura ditambah eskrim sisa resepsi yang entah berapa banyak sudah saya lahap :D
Esok harinya, saya diantar suamiku, pagi-pagi buta harus bergegas ke terminal untuk mengejar pesawat mengingat tempat tinggal saya yang sangat jauh. Beberapa jam berlalu saya masih mengantuk dan tiba-tiba harus terbangun karena perut melilit-lilit sakit. Omigot, saya resmi sakit perut dan semoga bukan diare. Saya coba tahan sakit perut itu dengan memerbaiki posisi tempat duduk dan mengatur nafas perut sesuai saran suamiku. Lumayan bisa menolong paling tidak untuk sampai di terminal Purabaya. Untungnya karena bus pagi jadi melewati jembatan Suramadu tidak melintas selat Madura menggunakan kapal Feri.
Lima jam berlalu dan tibalah di Surabaya. Saya terburu-buru naik bus angkutan bandara mengejar pesawat yang kurang satu jam lagi take off dengan kondisi perut masih super melilit. Bagitu tiba di Juanda, saya bergegas check in lalu menuju waiting room dengan perut masih melilit-lilit ditambah lapar dan lelah bercampur keringat dingin. Di dalam ruang tunggu, saya sempat sensi dengan petugas bandara. Padahal sebenanrnya tidak ada apa-apa, she have to do w/ the right rule in airport. Yah, namanya juga lagi keakitan bin kelaparan jadi wajarlah sensi hehehe Untungnya sebelnya hanya sesaat tidak berkepanjangan karena temannya sudah baik meminjami saya minyak kayu putih.
Waktu itu, di televisi sedang ditayangkan secara live pelantikan Jokowi-JK sebagai presiden ke-7 Republik Indonesia. Alih-alih menonton itu, saya coba berdiri berharap sakit perut ini segera berlalu. Namun ternya justru semakin menjadi. Sampai pada akhirnya saya sudah tidak tahan lagi dan berlari secepat kilat menuju toilet. Sesampainya di sana, Toilet pun antre. Saya harus bersabar lagi dan berdoa mudahan "tepat pada waktunya" :D Di dalam toilet ternyata bekas pipis ibu-ibu tidak disiram, tapi karena sudah sangat urget akhirnya langsung duduk begitu saja, and oooohhhh,, Thanks God :P
Saya pun keluar dengan wajah bahagia seperti baru mendapat durian runtuh. Tetapi itu ganya sesaat. Beberapa menit kemudian perut saya mules lagi dan pesawat sudah mendekati boarding. Saya kalang kabut di Juanda, mana sendirian dengan kondisi sangat menghkawatirkan dan perlu dikasihani. Saya dengan spontan minta obat pencegah diare kepada salah satu petugas yang belakangan saya tahu adalah kepala petugas bandara di terminal satu. How shy Iam :( Pantas saja waktu itu beliau langsung mengintruksikan kepada anak buahnya :D
Para petugas itu pun bingung karena ruangan kesehatan ada di lantai satu dan cukup jauh dijangkau dari waiting room. Akhirnya, mas-mas yang saya lupa namanya itu dengan baiknya mengantar saya LAGI untuk ke toilet. Karena takut di pesawat saya mules lagi, saya 'habiskan' pada ronde dua itu sekaligus. Keluar dari toilet, saya langsung minum air putih karena takut dehidrasi. Alhamdulillah, masih dapat terkejar menuju kabin. Meskipun semua serba terburu-buru pada akhirnya di dalam pesawat perut saya sudah kondusif.
Catatan untuk tidak makan sembarangan dan berlebihan sebelum bepergian :D
No comments:
Post a Comment