Setahun mengajar, seumur hidup menginspirasi. Motto besar gerakan Indonesia Mengajar (IM) inilah yang telah menyihir seluruh audience pada sosialisasi Gerakan Indonesia Mengajar di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Rabu (19/01) di Gedung Serba Guna (GSG). Dua narasumber ternama yang sharing ide brilian tersebut yaitu Prof. Dr. Anies Baswedan, Ph.D (pencetus gerakan Indonesia Mengajar) dan Prof. Dr. Warsono, M.S. (Pembantu Rektor III Unesa). Gerakan ini terinspirasi dari Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM) pada tahun 1950-an, yaitu program untuk mengisi kekurangan guru SMA di daerah, khususnya di luar Jawa. Gagasan ini kemudian ditindaklanjuti secara berkala hingga menjadi Gerakan Indonesia Mengajar.
Menurut Prof. Dr. Warsono, M.S. program ini menekankan pada upaya untuk mengubah paradigma berpikir dalam mengembangkan karakter bangsa. “Adanya program ini akan memberikan impact pada mutu pendidikan di daerah-daerah terpencil, membangun nasionalisme, dan agar pemuda Indonesia mengetahui Indonesia seutuhnya. Sosialisasi ini penting sebagai tantangan bagi Unesa yang berbasis LPTK untuk menghasilkan guru-guru yang kompeten secara intelektual moral, dan sosial. Tantangan terbesarnya adalah untuk bersaing dengan universitas lain terutama yang bukan memiliki basik LPTK,” ungkap pria berkacama ini.
Abang Anies, begitu panggilan akrab Prof. Dr. Anies Baswedan, Ph.D, juga mengatakan bahwa pertama, tujuan program ini untuk mengisi kekurangan dan memasok guru berkualitas di SD di daerah-daerah pelosok. Lalu kedua, membekali anak-anak muda terbaik yang berpotensi menjadi pemimpin kelas dunia di bidangnya dengan pengalaman hidup dan bekerja bersama rakyat kecil di pelosok Indonesia. Program Indonesia mengajar sementara ini dipilih daerah Bengkalis, Tulang Bawang Barat, Halmahera Selatan, Majene (Sulawesi Barat), dan Paser (Kalimantan Timur). Pendaftaran terakhir ditutup pada 31 Januari 2011 melalui pendaftaran online di situs www.indonesiamengajar.com.
Jangan pahami prembule UUD 1945 sebagai terminologi, tetapi lebih berorientasi pada janji yang harus dilunasi. Pencapaian kolektif bangsa harus diawali dengan bersyukur. “Main projek kami adalah memasok pengajar berkualitas ke daerah-daerah, memberikan pengalaman hidup, dan menjembatani hadirnya kemajuan. Sekolah diadakan pada pagi sampai siang hari, jadi sore-malam mereka adalah bagian dari masyarakat. Tahun lalu, ketika IM kali pertama diujicobakan telah berhasil menyerap 1838 pelamar tetapi yang diambil hanya 51orang. Tahun ini, kami akan mengupayakan merekrut dua kali lipatnya,” ungkap lulusan Northern Illinois University. Seluruh peserta akan diseleksi dengan proses yang sangat ketat, meliputi seleksi teaching, leadership, hingga deployment.
Kontribusi orang-orang berkebutuhan khusus masih dalam tahap pengkajian bersama ara ahli yang melibatkan pusat kurikulum di bawah Kemendiknas, Intel, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan Sekolah Alam. Para Pengajar Muda tetap akan dibekali dengan penyususnan RPP dan Silabus tetapi tetap diberikan kebebasan berkreatifitas untuk mengembangkan media dan medote berdasarkan realita di lapangan. IM tidak berpretensi untuk menyelesaikan seluruh permasalahan pendidikan, IM hanya ingin mengisi kekurangan pengajra yang ada di daerah pelosok.
Para Pengajar Muda akan digaji, mereka tidak hanya diberi uang saku dengan pertimbangan karena sebagian besar Pengajar Muda adalah anak-anak terpilih yang diharapkan ikut mengurangi beban orang tua. Jadi mereka akan tetap memiliki income. Besarnya salary tergantung pada kondisi daerah masing-masing,, rata-rata berkisar antara 3,2-4,8 juta per bulan. IM menggandeng tiga sponsor utama yaitu, INDIKA, PETROSHIP, dan TRIPATRA. Seluruh dana funding berasal dari sponsor, sama sekali tidak ada dana yang diambil dari negara karena tugas negara sudah banyak.
Sistem sekolah di daerah pelosok malalui beberapa tahapan, diantaranya first time, tim IM akan melakukan survey dengan berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Mereka kemudian akan melakukan diskusi mengenai program IM. Setelah ada kesepakatan, supleyer akan menindaklanjuti dengan mendatangi sekolah-sekolah, menghubungi kepala desa untuk selanjutnya berdiskusi menentukan rumah yang akan ditempati dan dipilih sebagai tempat tinggal sementara selama satu tahun dalam pengabdian. Hasilnya kemudian dilaporkan ke Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar di jalan Galuh 2 N0 4 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Medan yang disurvei memang sulit karena dari awal IM sudah berkomitmen untuk melakukan pemerataan pendidikan. Akan tetapi sulitnya medan tidak akan se-ekstrim sebab resikonya terukur. IM tidak akan menjangkau daerah yang memiliki konflik desa, maupun SARA. IM juga menyediakan Indonesia membaca, sistemnya dengan buku bacaan ke sekolah dan dijadikan perpustakaan kelas. Nantinya perpustakaan ini setiap bulan akan dirotasi ke sekolah lain.
Kriteria calon Pengajar Muda minimal merupakan lulusan S1, fresh graduate, (+2 tahun lulus), WNI dengan usia maksimal 25 tahun (lebih) dan belum menikah, IPK minimal 3,0 (di bawahnya boleh tapi melihat yang komprehensif), berprestasi baik di kampus maupun luar kampus, mengedepankan jiwa kepemimpinan dengan pengalaman berorganisasi, peduli sosial dan pengabdian, berempati dengan orang lain, sehat fisik dan mental, dan bersedia ditempatkan di daaerah pelosok selama satu tahun.
No comments:
Post a Comment