-
Menyalahkan orang lain atas perasaan yang dialaminya.
-
Tidak bisa dan tidak biasa mengucapkan kalimat 3 kata yang dimulai dengan “Aku merasa...”
-
Tidak bisa memberitahu Anda mengapa perasaannya seperti saat itu.
Kalau pun bisa, ia menyalahkan orang lain sebagai penyebab perasaannya
itu.
-
Menghina, menyalahkan, memerintah, mengritik, menyela pembicaraan,
menyalah-nyalahkan, menguliahi, menasehati dan menghakimi
teman-temannya, bahkan Anda.
-
Melebih-lebihkan atau mengecilkan perasaannya.
-
Menyembunyikan informasi atau berbohong akan perasaannya (ketidakjujuran emosional)
-
Merasa tidak nyaman di dekat beberapa/banyak orang.
-
Melakukan perbuatan yang mencerminkan perasaannya, alih-alih mengucapkannya.
-
Tidak peka terhadap perasaan orang lain.
-
Tidak memiliki empati; tak memiliki kepedulian sosial.
-
Kaku, tidak fleksibel; membutuhkan aturan dan struktur untuk merasa aman.
-
Sulit menjalin keintiman perasaan.
-
Tidak menimbang perasaan orang lain sebelum bertindak.
-
Tidak menimbang perasaannya sendiri di masa mendatang, sebelum bertindak.
-
Kurang integritas, tipis nurani.
-
Menghindari tanggung jawab dengan mengatakan seperti “Apa yang harus kulakukan? Aku tak punya pilihan!”
-
Merasa tidak aman dan lebih sering membela diri; sulit mengakui
kesalahan, mengungkapkan penyesalan atau minta maaf dengan tulus.
-
Seringkali memulai kalimat dengan “Aku pikir, kamu...”
-
Mengungkapkan “pesan kamu” yang diselimurkan sebagai “pesan aku merasa.” Sebagai contoh, “Aku merasa seperti kamu...”
-
Bersikap pesimis dan acap merasa dunia ini tidak adil terhadap dirinya.
-
Kerap merasa tidak mampu, kecewa, benci, sinis atau merasa menjadi korban.
-
Seorang pendengar yang buruk.
-
Menggunakan kecerdasannya untuk menghakimi dan mengritik orang lain
tanpa menyadari bahwa ia merasa lebih hebat dan tak menyadari betapa
tindakannya mempengaruhi perasaan orang lain.
Sumber: Dr. Dono Baswardono, AUSEC, MA, Ph.D
No comments:
Post a Comment